Site icon Boardgame.id | Info terbaru board game Indonesia & dunia

Cerita Dibalik Pengembangan Board Game The Art of Batik dan Orang Rimba

Salah satu board game Indonesia teranyar yang mungkin pembaca sudah tahu berjudul The Art of Batik. Board game yang dirilis oleh Hompimpa Games bulan Oktober 2017 ini memang cepat menyita perhatian banyak orang. Terutama tentang tema yang diangkat, yaitu batik.

Lewat sesi Talkshow yang berlangsung di Surabaya Board Game Market hari kedua, perancang gim dari The Art of Batik yang tidak lain adalah Adhitya WP, menceritakan pengalamannya dalam menciptakan board game tersebut.

Adhit (kiri) sedang berbagi pengelamannya merancang The Art of Batik

Ternyata tema batik ini tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan dari sebuah tantangan dari CEO dari Hompimpa Games untuk membuat board game yang memiliki muatan lokal yang cukup kental. Kala itu tantangan dilempar pada sekitar bulan Februari, dan game harus sudah jadi pada bulan Oktober karena akan dipamerkan dalam pameran seluas 10x lapangan bola, Essen SPIEL 2017.

Tanpa pikir panjang, Adhitpun memilih tema Batik, dengan alasan risetnya mudah lantaran markas Hompimpa yang ada di Solo memudahkannya untuk terjun langsung untuk melihat proses membatik. Apalagi saat itu, belum ada board game Indonesia yang mengambil tema Batik.

Penampakan The Art of Batik di SUBOGAMA

The Art of Batik sendiri bercerita bagaimana Batik dibuat. Pemain akan belajar secara garis besar langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan untuk membuat Baitk. Mulai dari memilih kain, mencanting, menjemur hingga menjadi Batik jadi. Pemenang dalam permainan ini adalah pemain yang paling banyak berkontribusi dalam menyelesaikan suatu proses batik (majority rule).

Adhit mengaku memerlukan tiga bulan pertama untuk riset awal tentang proses membatik dan mulai membuat konsep mekanik untuk permainan. Sisanya, masuk ke proses play test. Banyak perubahan yang terjadi dari konsep awal setelah dicobakan ke pemain.

Halaman 1 | 2

Sedikit berbeda dengan keluaran Hompimpa yang berjudul Orang Rimba. Meskipun ide dan tema Orang Rimba ini muncul hasil brainstorm karena ditantang oleh CEO Hompimpa, riset yang dilakukan Anggraeni Pratiwi sebagai perancang gim ternyata cukup melelahkan.

Anggi, sapaan akrabnya, mengaku ini pertama kalinya ia mengemban tugas untuk merancang board game dari konsep hingga akhirnya dirilis. Pesan yang ingin disampaikan lewat board game Orang Rimba sendiri adalah pentingnya memelihara dan melestarikan hutan.

Kini giliran Anggi (kanan) menyampaikan suka dukanya merancang Orang Rimba

Bukan hanya karena hutan penting untuk bumi, namun karena masih ada orang yang hidup di hutan seperti Suku Anak Dalam (SAD). Kehidupan mereka sangat sederhana, mereka bertahan hidup dengan mencari sumber makanan yang ada di hutan, dan mereka tinggal di hutan. Uniknya, mereka tidak serta merta memonopoli segala hasil hutan, justru mereka hidup menggormati segala kekayaan yang ada di hutan.

Anggi mengaku melakukan riset berdasar informasi dari Taman Nasional Bukit Dua Belas yang terletak di Jambi. Buku Sekolah Rimba yang ditulis oleh Butet Manurung juga menjadi salah satu sumber informasi yang diolah Anggi dalam pengembangan Orang Rimba.

Buku tersebut menyebutkan beberapa istilah untuk aneka kegiatan yang dilakukan SAD. Istilah-istilah ini akhirnya ia juga masukkan ke dalam game. Mendalami materi tentang SAD ini Anggi memerlukan waktu sekitar dua bulan. Kemudian empat bulan berikutnya ia gunakan untuk meriset mekanik, bagaimana mentransformasi semua sumber data yang ia kumpulkan menjadi sebuah gameplay yang seru.

Anggi (kiri) di booth Hompimpa Games

Orang Rimba sendiri adalah permainan yang mengharuskan pemain mendapatkan poin tertinggi. Hal ini bisa dicapai dengan beberapa cara, antara lain: menyelesaikan misi, mereboisasi hutan yang gundul dan mengusir pelaku-pelaku illegar logging.

Kira-kira begitulah curhatan para perancang gim dari Hompimpa Games. Semoga pengalaman mereka menginspirasi dan menumbuhkan semangat untuk para perancang-perancang gim di tanah air untuk lebih serius dalam berkarya.

Semoga segera hadir lebih banyak lagi board game-board game yang tak hanya memiliki muatan lokal namun juga seru ketika dimainkan.

Halaman 1 | 2

Exit mobile version