Game Justru Meningkatkan Konsentrasi Ketika di Kelas

Game Justru Meningkatkan Konsentrasi Ketika di Kelas

Game masih dianggap sangat bertentangan dengan pembelajaran di dunia pendidikan Indonesia. Beberapa guru dan orang tua masih menganggap bahwa game membuat para murid dan anak-anak justru makin malas belajar. Padahal berdasarkan dari sebuah hasil penelitian, game justru meningkatkan konsetrasi, murid jika diterapkan di kelas.

Penelitian ini dilakukan oleh seorang profesor bernama Paul Howard-Jones, di bidang neurosciences and education di University of Bristol. Profesor Howard-Jones menjadikan 24 mahasiswa post-graduatesebagai responden dalam penelitiannya, dan menemukan bahwa menggunakan mekanisme gamblingdalam sebuah kelas, justru menjadikan bagian otak yang sering menganggu untuk berkonsentrasi -seperti pikiran ketika sedang pembelajaran di kelas, dan tiba-tiba seorang murid teringat makan apa untuk makan malam- menjadi jarang sekali aktif.

Sistem pembelajaran gambling tersebut, lebih cenderung seperti sistem kompetisi game. Para peserta dibagi menjadi 3 kelompok dan saling berkompetisi. Setiap kelompok ketika mendapat giliran harus memutar sebuah “Wheel of Fortune” yang di mana memberikan sebuah peluang 50-50, yang di mana jika mereka benar menjawab maka akan mendapatkan nilai ganda, akan tetapi jika salah, tentu saja akan kehilangan nilai lebih banyak pula.

Profesor Howard-Jones berpendapat bahwa sistem ini justru akan lebih baik jika diterapkan pada murid-murid di sekolah, dibandingkan dengan murid-murid di kampus. Menurutnya, anak berumur 13-14 tahun memiliki respon tertinggi terhadap sistem game ini, yang memberikan reward, tapi sangat beresiko dalam memutuskan sebuah tindakan. Itulah sebabnya anak berumur 13-14 tahun sangat mudah untuk kecanduan terhadap video game.

“It may work better with school pupils than university students, The evidence is that the reward-system response for risky decisions peaks at around 13 or 14. That may be why pupils that age are particularly addicted to video games.” Ujar Profesor Paul Howard-Jones

Kamu juga bisa melihat laporan lengkapnya di Tautan berikut.

You may also like