Masyarakat Glasgow Mengenal Indonesia Melalui Bermain Board Game

Masyarakat Glasgow Mengenal Indonesia Melalui Bermain Board Game

Artikel ini ditulis dan dikirim oleh Ahmad Nursalim – Glasgow.

Bayangkan berada di satu ruangan penuh sesak dengan orang-orang berlatarbelakang berbeda-beda dari berbagai negara. Mereka berinteraksi dengan riuh satu sama lain. Sesekali tampak wajah penuh suka cita, sesekali tampak pula ketegangan di air muka mereka, namun diakhir momen emosional tersebut hanya tersisa rona keceriaan yang memenuhi ruangan itu. Bayangkan pula, di tengah-tengah khalayak ramai mancanegara tadi, ada kotak-kotak kebahagiaan yang dibungkus dengan apik dalam wujud board game khas Indonesia, yang menjadi alasan utama berkumpulnya massa di ruangan itu dan bisa berinteraksi satu sama lain.

Selama satu hari, pada 4 Juni 2016 lalu, sekelompok mahasiswa dari Perhimpunan Pelajar Indonesia Greater Glasgow (PPI GG) memberi kesempatan masyarakat Glasgow untuk mengenal Indonesia lebih dekat melalui cara yang menyenangkan, yaitu bermain board game. Dalam rangkaian acara yang disebut Indonesia Cultural Day 2016: Experience Indonesia (ICD 2016), khalayak Glasgow diajak mengenal Indonesia lebih dekat melalui beragam aktifitas dan pertunjukan kebudayaan. Salah satunya adalah pojok bermain board game dimana pengunjung bisa berinteraksi dan mengenal budaya Indonesia melalui medium permainan yang khusus didatangkan dari Indonesia. Enam judul board game yang diproduksi oleh Manikmaya dan Kompas disuguhkan kepada pengunjung.

Waroong Wars dan Pagelaran Yogyakarta adalah dua judul yang mana dalam satu sesi permainan kita bisa menyaksikan pemain dengan rentang usia cukup jauh bermain bersama. Di Waroong Wars, selain bermain pengunjung mancanegara juga asik menanyakan tentang makanan-makanan Indonesia yang ditampilkan dengan ilustrasi yang menggugah selera pada kartu permainan. Yang menarik lagi, beberapa sesi bermain Pagelaran Yogyakarta bahkan difasilitasi oleh anak-anak! Sempat pula pemain kecil memenangkan permainan yang menembus batasan usia tersebut, mengalahkan para mahasiswa dan orang dewasa lainnya.

Pagelaran Yogyakarta - ICD 2016 Glasgow
Sesi bermain Pagelaran Yogyakarta | Foto: PPI GG
Perjuangan Jomblo ICD 2016 Glasgow
Sesi bermain Perjuangan Jomblo | Foto: PPI GG

Untuk judul permainan Perjuangan Jomblo, muda-mudi dan mahasiswa-mahasiswi lah yang meramaikan meja-meja para pejuang jomblo ini. Fasilitator juga asik menjelaskan tentang makna jomblo yang kemudian berhasil memotivasi pemain untuk berjuang sekuat tenaga dalam menghindari status jomblo di permainan tersebut. Selama bermain, ada saja yang selalu berusaha ingin memiliki lebih dari satu pujaan hati, alasannya karena itu mungkin terjadi dalam permainan ini dan mustahil di dunia nyata, setidaknya untuk para pemain. Anehnya, tak satupun sesi permainan dimulai dari pemain yang memiliki status jomblo terlama, meski di peraturan ditulis seperti itu. Rasanya status jomblo memiliki nilai kenistaan yang serupa bagi muda-mudi Glasgow.

Game lain yang bisa dimainkan adalah Mat Goceng, dimana sedari awal pemain mancanegara dibuat geli oleh terjemahan Mat Goceng sebagai Mr. Five Thousand (Rupiah). Game yang banyak diminati pemain usia dewasa muda keatas ini rupanya menjadi game paling intens yang dimainkan dalam acara ICD 2016. Ada satu sesi permainan yang menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam, mungkin lebih, dan para pemainnya masih berdebat setelah permainan selesai. Di sesi bermain tersebut, pemain berjumlah enam orang, dikelilingi beberapa penonton, dan hanya tersisa dua kartu yang belum terbuka identitasnya. Padahal durasi permainan Mat Goceng didesain selama 20 menit. Tawar-menawar koin juga terjadi sengit dikarenakan semakin lama bermain, para pemain menjadi semakin pelit kepada pemain lainnya. Masing-masing pemain ingin memenangkan permainan dan tidak ada yang tampak ingin mengalah.

Pagelaran Yogyakarta PPI GG Glasgow
Anak-anak bermain Pagelaran Yogyakarta tanpa dibimbing | Foto: PPI GG
Mat Goceng Glasgow
Sesi Mat Goceng yang intens nan menyenangkan | Foto: PPI GG

Ada lagi game berjudul Mahardika yang berlatarkan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam sesi ini, bermain Mahardika lebih mirip sesi kuliah umum sejarah Indonesia ketimbang sesi bermain. Sepanjang permainan, pemain selalu dibuat penasaran dengan kisah-kisah sejarah dibalik kartu dan minta dijelaskan dalam Bahasa Inggris. Belum lagi tokoh-tokoh sejarah yang memiliki latar belakang beragam, kekuatan unik tokoh-tokoh tersebut dalam game juga terhubung dengan sejarah mereka di lini masa perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Hari menjelang sore ketika pojok bermain board game mulai ditutup. Saat itu pengunjung sudah diarahkan menuju panggung pertunjukan untuk menyaksikan pementasan tari dan musik Indonesia. Masih terdapat dua meja yang bersikukuh ingin menyelesaikan permainan secepatnya sebelum beranjak menuju panggung pertunjukan. Meja-meja yang tadinya penuh perlahan beranjak kosong, namun masih terasa gema tawa yang seolah keluar dari bundaran meja yang sejatinya sudah hampa. Tidak sedikit pengunjung yang bertanya bagaimana caranya untuk mendapatkan board game Indonesia tersebut, mereka ingin kembali memainkan game-game itu bersama keluarga dan teman. Semoga antusiasme para pemain tadi dapat diwujudkan di masa depan yang tidak jauh, dimana saat itu board game produksi Indonesia tidak lagi asing di mata penduduk dunia.

You may also like