Menghadirkan Kembali Budaya Bermain Board Game

Menghadirkan Kembali Budaya Bermain Board Game

Artikel ini merupakan terjemahan artikel yang ditulis oleh Bruce Emond melalui The Jakarta Post.

Di tengah era teknologi yang semakin maju dimana game digital kini sangat mudah didapatkan, ternyata tetap ada orang-orang yang masih gemar memainkan board game, termasuk juga di Indonesia. Diantaranya ada Manikmaya Games, publisher board game asal Bandung yang menerbitkan board game dengan cita rasa tanah air untuk masyarakat Indonesia.

Andre Dubari, Bisnis Manajer Manikmaya Games bercerita bahwa asal mula usaha ini adalah ketika ia berkunjung ke Kummara, sebuah board game cafe yang berada di Bandung pada sekitar tahun 2009 lalu. Di Kummara bisa terlihat terdapat lebih dari 200 menu board game yang berasal dari luar negeri, kebanyakan dari Jerman. Diantaranya terdapat board game dengan tema Indonesia, bahkan diberi judul Indonesia atau tempat yang ada di Indonesia.

“Dari semua board game luar negeri dengan tema Indonesia yang berhubungan erat dengan Indonesia memiliki gameplay yang menawan, namun sayangnya eksplorasi dari segi tema sangat minim sekali” papar Andre melalui interview via email.

Meskipun demikian, game yang mengasosiasikan Indonesia membuat Andre sadar bahwa Indonesia sangat luas, walaupun ada beberapa informasi dan nilai kebudayaan yang sulit untuk didapatkan.

“Hal ini menjadi salah satu dasar merintis publisher board game untuk menerbitkan judul-judul board game yang mengeksplorasi konten lokal dari Indonesia sendiri.”

Bermain bersama keluarga
Keluarga hadir di sesi PlayDay | foto: Manikmaya Games

Pada tahun 2011, Kummara dari sebuah cafe board game berubah menjadi Kummara Game Design Studio yang fokus mengembangkan serious game yang bisa memberikan dampak untuk ranah kesehatan, edukasi atau pendidikan hingga marketing. Dua tahun kemudian, Andre mendirikan Manikmaya Games (sebuah nama karakter yang diambil dari sebuah cerita legenda La Galigo) sebagai unit bisnis di bawah Kummara untuk merilis board game untuk masyarakat umum.

Andre mengatakan, board game (termasuk juga card game) memiliki kelebihan tersendiri.

“Karena kebanyakan board game bisa dimainkan oleh dua orang atau lebih, hal ini memberikan kesempatan kepada pemain untuk saling berinteraksi dengan pemain lai seperti bernegosiasi, tukar menukar bahan atau sumber daya, lelang bahkan hingga tipu daya sangat umum terjadi ketika bermain board game bersama-sama.” ujar Andre.

“Bagi saya dan seluruh tim di Kummara dan Manikmaya Games. Pengalaman kami disetiap sesi bermain menuntun kami untuk semakin menyukai board game, hal ini juga menjadi harapan kami untuk bisa membagi rasa tersebut untuk seluruh keluarga di Indonesia. Mimpi besar kami adalah mengenalkan budaya bermain board game yang semoga board game bisa menjadi lumrah selayaknya memiliki buku di ruang keluarga.”

Board game dan card game dari Manikmaya Games selalu mengangkat tentang Indonesia. Beberapa diantaranya Mahardika, board game yang menampilkan tujuh tokoh pahlawan Indonesia yang berjuang demi kemerdekaan; Bhinneka, card game yang menawarkan uniknya berbedaan suku dan budaya di Indonesia; lalu ada Mat Goceng, card game yang memiliki latar kejadian pada jaman penjajahan di Batavia.

Budaya bermain
Seorang ayah seru bermain Rhino Hero dengan putrinya di PlayDay | Foto: Manikmaya Games

Andre menambahkan bahwa peran game, tidak akan bisa menggantikan keberadaan guru, orang tua dan buku atau alat ajar yang lain. Namun, karakteristik yang dimiliki board game bisa

“[…] mengundang rasa penasaran, sangat menantang dan memberikan kebebasan untuk terlibat didalamnya […]”.

Di tengah-tengah majunya perkembangan teknologi, Manikmaya Games coba menghadirkan spielabend (malam bermain) sebuah konsep agar satu keluarga bertemu dan bertatap muka dan bermain bersama dengan menihilkan keberadaan perangkat-perangkat digital.

Masyarakat Indonesia cuma tahu board game hanya sebatas Monopoly, catur dan ular tangga saja. Setiap bulan Manikmaya Games mengadakan PlayDay untuk mengenalkan budaya bermain board game untuk khalayak ramai. Selain di Bandung, saat ini PlayDay sudah diterapkan di beberapa kota seperti Jakarta, Surabaya, Solo, Semarang, Salatiga dan Yogyakarta.

Manikmaya Games juga menggunakan e-commerce dan social media untuk memperkenalkan produk-produknya.

Jika hadir dalam sebuah acara, Andre menambahkan, staff kami mengajak pengunjung-pengunjung yang penasaran untuk langsung mencoba gamenya di tempat.

“Suatu hal yang nyaman bisa melihat reaksi ketika ada keluarga yang bermain bersama dan melihat interaksi antara orangtua dan anak.” ujar Andre.

“Beberapa kali, saya mendapat ucapan terima kasih dari Ayah-ayah yang bangga dan senang bisa melihat anak-anak mereka sangat aktif berinteraksi, berkomunikasi dengan pemain lain selama sesi bermain. Belakangan ini juga mulai muncul keluarga yang hadir ke PlayDay karena mereka percaya akan potensi yang dimiliki board game […] momen inilah yang membuat saya berkata Manikmaya sudah berada di jalur yang tepat.”

You may also like