Mekanik 101 : Fitrah Manusia dalam Set Collection

Mekanik 101 : Fitrah Manusia dalam Set Collection

Manusia terlahir dengan hasrat menjadi kolektor. Ibu-ibu mengkoleksi perabotan, anaknya mengkoleksi mantan, bapaknya mengkoleksi cara pandang orang (eh itu mengkoreksi). Para ahli berpendapat bahwa barang koleksi adalah cerminan pribadi kolektornya. Jadi jika kamu suka mengkoleksi video telolet, bisa jadi orang lain melihatmu sebagai klakson bis. Apapun itu, kegiatan mengkoleksi adalah tonggak berdirinya sebuah mekanik bernama Set Collection.

Salah satu judul populer yang memanfaatkan mekanik ini, Ticket to Ride (2004). Image by pixelpark.co.nz

Set Collection 101

Merujuk pada panggilannya, Mekanik Set Collection menuntut pemain untuk mengumpulkan komoditas tertentu di dalam permainan. Sepaket komoditas tersebut kemudian dikonversi menjadi berbagai keuntungan, mulai dari kemampuan khusus hingga direct points. Mengoleksi set menjadi salah satu mekanik yang cukup uzur, terbukti dari eksistensi permainan Bingo (1530) yang ternyata sudah dimainkan sejak abad ke-16. Bingo adalah permainan yang dimainkan dalam tabel 5×5 berisi angka, dimana pemain berusaha mendapatkan “set” berupa garis horizontal, vertikal, maupun diagonal dari angka-angka yang disebutkan selama permainan.

Selain Bingo, Poker (1810) juga merupakan pengguna set collection klasik yang masih dimainkan hingga masa kini. Dalam Poker, pemain beradu kuat menggunakan set kartu di tangan seperti pair (pasangan), full house, hingga royal straight. Kombinasi menarik set collection dengan betting / wagering yang adiktif membuat permainan ini peka jaman.

Mengenal Permainan Poker untuk Pemula
Poker (1810) yang sempat jadi primadona game facebook. Image by telegraph.co.uk

Variasi Mekanik Set Collection

Set Collection adalah mekanik yang to the point secara konsep, menjadikan implementasinya cenderung linier : kumpulkan sejumlah barang untuk mendapatkan sesuatu. Variasi mekanik ini biasanya melekat pada jenis barang yang dikumpulkan, bagaimana barang tersebut didapat, dan apa benefit yang dihasilkan (dari set tersebut). Permainan seperti Ticket to Ride (2004) misalnya, memberikan direct points untuk setiap rute kereta api yang berhasil diklaim dengan mengumpulkan sejumlah kartu sementara Pandemic (2008) mengubah set kartu yang dikumpulkan menjadi obat bagi penyakit yang sedang mewabah.

Mekanik ini dapat terimplementasi kuat baik sebagai mekanik utama maupun bagian dari mekanik yang lebih besar. Hanabi (2010) adalah contoh permainan yang berfokus pada mekanik ini. Berhasil tidaknya pemain menyusun urutan angka kembang api menjadi penentu kemenangan dalam cardgame besutan Antoine Bauza ini. Bauza juga sempat menghasilkan mahakarya lain melalui 7 Wonders (2010) dimana mengoleksi kartu saintifik adalah bagian kecil dari mekanik drafting yang lebih dominan. Yang cukup kampret, dua-duanya menang Spiel des Jahres! Screw you, Bauza!

set collection
Salah satu reimplementasi masterpiece Antoine Bauza, 7 Wonders Duel (2015). Image by arstechnica.com

How It Works

Para psikolog banyak merujuk pada teori Psikoanalisis Sigmund Freud untuk menjelaskan bahwa keinginan mengkoleksi adalah hasrat yang datang dari alam bawah sadar manusia. Setiap orang akan merasakan rasa puas dan nyaman ketika berhasil melengkapi sebuah set. Modal itulah yang membuat set collection adiktif secara konsep. Terlebih implementasi (yang baik) biasanya menghadirkan cukup tantangan namun dengan memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh pemain untuk melengkapi setnya. Tantangan buat prototype mu selanjutnya, mungkin?

Di Indonesia sendiri gim terbaru dengan implementasi set collection yang seru, yaitu The Claw (2020). Adakah yang mau meneruskan?

Pelajari mekanik boardgame lainnya dalam seri Mekanik 101 atau baca tulisan menarik lainnya dari Vicky Belladino

You may also like