Mengintip Salah Satu Isi Otak Game Desainer Ternama dari Jerman, Reiner Knizia
- Designer LogTips/ Tutorials
- April 24, 2017
- 267
- 5 minutes read
Lost Cities, Keltis, dan Tighris and Euphrates. Tahukah kamu persamaan dari tiga judul tadi?
Ya, nilai 100 untuk kamu yang menjawab ketiganya adalah hasil karya game designer Reiner Knizia! Jika kamu kerap mengikuti berita perkembangan board game, Knizia pasti menjadi nama yang sudah tidak asing di telinga kamu. Bisa jadi kamu mungkin malah sudah pernah ketemu atau memainkan salah satu board game ciptaannya.
Pembaca penasaran nggak sih dengan cara kerja Knizia dalam mengolah ide menjadi sebuah petualangan seru berwujud board game? Kali ini boardgame.id akan coba mengulas dan menguliknya untuk kalian.
Sukses menciptakan banyak judul board game sekaligus bekerja penuh sebagai game designer mungkin menjadikan Knizia sebagai desainer paling produktif saat ini. Beberapa game buatannya sukses menembus ajang penghargaan bergengsi, sebut saja Spiel des Jahres Award dan Deutscher Spiele Preis.
Didasari rasa antusias yang tinggi dengan game, Knizia memulai mencoba berkiprah sebagai game designer sejak tahun 1997, setelah berhenti dari pekerjaannya sebagai direktur operasional di sebuah perusahaan penggadaian di Inggris. Dilansir dari Wikipedia, hingga saat Knizia sudah menghasilkan game sebanyak lebih dari 500 judul!
Dalam berkarya, Knizia setuju jika pengembangan ide adalah hal tersulit. “Saya pikir mendapat suatu ide bagus untuk game bukanlah hal yang sulit, karena kita bisa menemukannya dimanapun. Tantangan sebenarnya adalah bagaimana mengembangkan ide tersebut menjadi sebuah game yang seru, dan prosesnya itu tidak sebentar – kamu harus memulainya dengan ide yang tepat, lalu menyeleksinya untuk menentukan poin mana yang akan diambil yang kemudian akan dijadikan sebuah produk.” Ujar desainer kelahiran Jerman ini.
Bagi Knizia, proses berupa beberapa tahapan play-test merupakan kunci utama dari pembuatan game yang baik. “Sumber dari mendesain sebuah game adalah mengetes, lalu memperbaikinya.” Jelasnya. Tak hanya itu, menurutnya kreatifitas dalam konsep dan tema, serta mekanisme permainan juga terlibat di dalamnya. Knizia mengaku bahwa ia sering duduk di suatu tempat, menganggap dirinya sebagai ‘kapten’ dari game buatannya sendiri.
Hal menarik lainnya adalah game-game buatan Knizia yang variatif. “Menurut saya, game itu pantas dimainkan oleh semua kalangan, tidak harus dari yang pintar berhitung saja.” Meskipun ia sendiri adalah seorang master di bidang matematika, tetapi hal itu tidak membuatnya membatasi diri dalam mendesain sebuah game. Hebat, ya?
Dari segi pemasaran board gamenya, Jerman adalah negara terbesar yang memasok game buatan Knizia, disusul dengan pasar Amerika yang sedang berkembang. Hal ini karena di Jerman klasifikasi game dibagi berdasarkan mekanisme, sedangkan Amerika lebih mengedepankan tema.
Knizia mengaku pernah mengajukan judul dengan tema Mesir untuk publisher Amerika, mereka menolanknya dengan alasan sudah ada tema yang sama. Mereka bahkan tidak mencoba dulu memainkan gamenya. Berbeda dengan publisher Jerman, mereka masih mau mencoba memainkan game saya meskipun sebenarnya mereka sudah punya antrian game lain yang juga bertema Mesir.
“Kami sudah memiliki tema yang mirip, namun izinkan kami mencoba game Anda terlebih dahulu” Knizia menceritakan pengalamannya. Hal yang tidak akan dilirik oleh publisher Jerman justru ketika game yang diajukan memiliki mekanik yang mirip dengan yang sudah pernah ada. “Mereka (publisher Jerman) akan mengkritikmu habis-habiskan.” Tambahnya.
Berbeda dengan desainer lainnya, di masanya Knizia juga menjadi game designer yang cukup gencar menembus pasar board game digital yang bisa dimainkan untuk perangkat iOS. Ia berpikir beberapa orang mungkin masih kesulitan mengeluarkan Rp 300.000 – Rp 600.000 untuk membeli board game, namun dengan jika harganya Rp 70.000 dan bisa diunduh maka penjualannya akan lebih mudah.
Selain itu dengan adanya board game digital juga bisa menarik perhatian orang-orang yang sebelumnya belum begitu kenal dengan board game. Jika ia tertarik dengan versi digitalnya, bukan tidak mungkin ia akan tertarik dengan versi board gamenya.
Sampai saat ini, Knizia masih menetap dan bekerja di Inggris. “Games adalah aktifitas yang menyenangkan. Tidak peduli latar belakang dan usiamu, di dalam game kita akan bekerja sama.” Ujarnya.
Tetap semangat, Dr. Knizia, ditunggu karya-karya selanjutnya, ya!
Sumber: Mental Floss