Ikuti Empat Langkah Metode 4T Agar Anak Bisa Tetap Bermain Game Tanpa Takut Kecanduan
- HeadlineOpiniPendidikan
- July 3, 2019
- 320
- 7 minutes read
Orang tua sering kali mulai khawatir saat menemukan putra-putri mereka lebih sibuk bermain game di gawai mereka masing-masing ketimbang belajar. Eko Nugroho, M. Sc,. seorang game designer dan game-based learning expert menemukan metode seru yang bisa menciptakan lingkungan bermain game yang sehat bagi anak tanpa takut mereka akan kecanduan game.
Metode ini disebut oleh Eko yang juga menjabat sebagai CEO Kummara Game Design Studio sebagai 4T dan telat dipaparkan langsung dalam seminar bertajuk “Mengurangi Kecanduan Game Pada Anak Dengan Metode 4Tā pada akhir pekan lalu di Bandung.
Baca juga:Ā Liputan Seminar Metode 4T
4T tersebut adalah Tertarik, Terlibat, Temani, Tambah variasi. Namun, yang mengerjakan metode ini haruslah orang tua si anak atau guru. Alasannya tentu karena orang tua lah yang akan menjadi teman ngobrol dan tempat bersandar anak. Menjadi lebih dekat dengan anak adalah objektifnya.
1. Tertarik
Cari tahu game apa yang paling sering dimainkan anak, lalu pahami apa yang menarik dari game tersebut? Sebagai guru atau orang tua si anak, coba temukan jawaban dari pertanyaan tersebut.
Hilangkan dulu semua kekhawatiran, ketidaksukaan, atau stigma negatif terhadap game tersebutĀ ā fokus cari jawaban untuk menjawab pertanyaan: apa yang menarik dari game yang mungkin dimainkan anak sampai berjam-jam?
Cara mencari tahunya bisa dilakukan dengan membaca ulasan game, menonton video bermainnya di youtube, atau bisa juga mencobanya sendiri. Mencari aspek apa yang menarik dari game, ini adalah fondasi utama. Bisa jadi ceritanya, cara bermainnya, ilustrasinya atau fitur lainnya dalam game tersebut.
2. Terlibat
Jika sudah menemukan apa yang menurutmu menarik dari game tersebut, cobalah terlibat dalam sesi bermain anak. Minta izin untuk ikut melihatnya bermain (atau malah ikut bermain). Cobalah ajukan pertanyaan, mungkin bisa seperti menanyakan, “Kakak main game apa sih? kok kayanya seru banget,” atau “Kakak kayanya sering banget main game ini, paling serunya pas bagian mana sih?” dan sebagainya. Bisa juga tanyakan karakter favorit si kakak (jika ada), tanyakan juga alasannya.
Tumbuhkan rasa ingin tahu, hindarkan semua bentuk prasangka. Untuk bisa melakukan itu semua, penting sekali orang tua sudah punya āketertarikanā terhadap gamenya, maka dari itu poin pertama tadi dikatakan sebagai fondasi utama. Dengan begitu, anak-anak tahu bahwa orang tua yang ikut bermain atau terlibat,Ā sungguh-sungguh tertarik dan bukan pura-pura.
3. Temani
Ketika sudah mulai memahami game favorit anak, coba ambil inisiatif. Ajak anak-anak untuk memainkan game tersebut bersama-sama. Tentukan waktunya (dijadwalkan) dan persiapkan sebaik mungkin.
“Kak, besok habis ngaji main game X bareng-bareng yuk!” atau “Malam minggu besok setelah makan malam kita tamatin game ini yuk,” atau buat ajakan yang terjadwal lainnya. Karena sudah dijadwal, anak juga biasanya makin semangat saking tidak sabarnya.
Bisa bermain bersama dengan anak adalah sesuatu yang indah. Jadi, ini adalah kesempatan orang tua untuk memperkenalkan jadwal/budaya bermain sehat di tengah keluarga.
4. Tambahkan Variasi
Ketika sesi bermain bersama, tambahkan sedikit variasi (gamifikasi), seperti: siapkan beberapa peraturan tambahan, buat papan skor bersama, beri titel/badge untuk pemenang/yang kalah.
Misalnya si kakak doyan main game sepak bola FIFA. Sebelum dia memilih klub/negara favoritnya (harus sudah digali di poin 2 atau 3), tanyakan hal-hal kecil terkait klub/tim nasionalnya seperti klub X dari negara mana, di benua mana. Kalau bisa jawab baru dia boleh pilih.
Setelah sesi bermain usai, bangun sedikit diskusi, misal: minta sang pemenang membagi strateginya, atau kenapa kok bisa kalah. Minta setiap pemain (kalau adik atau ayah ikutterlibat) juga membagi insight (apa yang dipelajari) dari game tadi.
Setelah selesai diskusi, jangan lupa jadwalkan sesi bermain berikutnya, tawarkan bentuk game yang berbeda. Jika rutin dilakukan, sebenarnya semua game bisa diambil sisi positifnya (dengan menggali ketertarikan seperti yang di sebut pada poin satu). Dengan begitu, setiap sesi bermain game, si anak juga sambil belajar (dari pertanyaan yang diberikan, dan belajar mengevaluasi diri pada saat sesi menyampaikan insight).
Tips: Usahakan bermain di satu layar, namun bermain game dengan layar yang relatif kecil mungkin membuat suasana bermain menjadi kurang kondusif. Solusinya cari cara agar layar di HP bisa ditembakkan ke TV atau proyektor.
Alternatifnya, board game bisa menjadi sebuah media paling efektif untuk mendukung aktivitas bermain keluarga karena yang dilihat bukan layar namun lawan sungguhan, bisa saling lihat eskpresi lawan juga.
Kamu mau membuat sesi bermain board game? Hubungi tim Boardgame.id lewat http://bit.ly/chatbgid untuk membuat sesi main bareng di PlaySpace Bandung.