5 Board Game ini Rupanya Sindir Ulah Manusia Terhadap Bumi
- Kabar GameOpini
- November 21, 2019
- 316
- 10 minutes read
Bumi tempat kita berpijak ini sudah tidak sesehat dan sesegar dulu kala. Air yang mengalir di sungai kadang kala tak lagi layak minum karena sudah tercampur limbah pabrik. Makin lama, bumi ini makin rusak. Tak bisa dipungkiri, selain karena bencana alam, kerusakan-kerusakan yang lain disebabkan oleh penghuninya sendiri. Ya, semua karena ulah kita, manusia.
Baca Juga: Berkenalan Dengan Konservasi Lingkungan Lewat 5 Board Game ini
Kesadaran manusia akan lingkungan di sekitarnya masih perlu dipertanyakan. Hal-hal kecil yang diremehkan seperti membuang sampah sembarangan saja bisa memperburuk kondisi bumi tanpa kita sadari. Nah, board game memang media yang tepat untuk meningkatkan kesadaran kalau bumi pertiwi ini perlu kasih sayang lebih (meski sudah agak terlambat).
Berikut ada lima board game seru tentang bencana yang nyata terjadi yang sadarkanmu penyebabnya sebenarnya adalah dari campur tangan manusia sendiri.
Keep Cool Sadarkanmu Tentang Global Warming
Dalam board game asal Jerman ini, para pemain mencoba untuk memajukan kepentingan ekonomi mereka sendiri sambil harus menghadapi kelompok lobi anti-peraturan yang kuat, seperti industri minyak, serta aktivis lingkungan yang mendorong pemain untuk bekerja menuju iklim global yang stabil.
Setiap pemain harus memutuskan apakah akan berkolaborasi dalam melindungi lingkungan atau melakukan apa yang terbaik untuk diri mereka sendiri, mempertaruhkan kekeringan, banjir, pandemik, dan kerusakan lingkungan yang tak terelakkan.
Pesan: Perubahan iklim yang cukup drastis masih menjadi isu di berbagai negara. Sebagian besar komunitas ilmiah setuju bahwa manusia menyebabkan suhu menjadi lebih panas, samudra meningkat lebih tinggi, dan peningkatan jumlah hewan yang. Meski Environmental Protection Agency saat ini melakukan segalanya dalam kekuatannya untuk menurunkan ancaman perubahan iklim, terkadang kita memerlukan disadarkan akan apa yang harus dilakukan oleh pemimpin kita untuk melawannya.
Hotshots Ingatkan Kita Bahayanya Kebakaran Hutan
Pemain akan berperan menjadi kru pemadam kebakaran hutan dengan kemampuan-kemampuan unik. Untuk bermain, kamu harus menggulingkan dadu dan mencocokkan lahan dalam wujud tile yang sedang terbakar. Waspadalah karena jika api terus menjalar karena angin, maka poin kekalahanmu akan terus bertambah, dan permainan akan berakhir jikatile yang hangus sudah berjumlah 8 buah. Jika kamu berhasil memadamkan api, kamu dan teman-temanmu memenangkan permainan.
Lebih detil baca: Hotshots, Jadilah Tim Pemadam Si Jago Merah Yang Handal
Pesan: Kebakaran hutan sering kali terjadi dalam setiap tahun. Secara tidak langsung, kebakaran hutan tampak terkait dengan perubahan iklim, mengingat bagaimana kenaikan suhu menyebabkan api unggun menumpuk lebih cepat dari biasanya. Sedangkan dari poin no. 1 di atas, perubahan iklim biasanya akan disebabkan oleh manusia juga. Berarti ya, tentu bukan kamu yang menyalakan api, tapi pasti ada orang yang melakukannya (atau menjadi akar penyebabnya).
Bergelut Dengan Bahaya Penyebaran Wabah Penyakit Dalam Pandemic Legacy
Dalam Pandemic Legacy season 1, kamu dan teman-temanmu adalah tim penanggulangan penyakit dan harus menjaga empat penyakit mematikan di teluk selama setahun penuh agar tidak menyebar. Akan ada kejutan baru di tiap bulannya, dan setiap aksi akan mempengaruhi aksi-aksi pada yang berikutnya. Pemain akan dipaksa untuk membuat keputusan sulit, seperti membiarkan kota jatuh ke penyakit agar tidak menyebar. Ini adalah permainan yang menantang yang tidak mudah dimainkan.
Pesan: Penyakit bermutasi lebih cepat daripada yang membuat obat yang bisa menyembuhkannya, ditambah lagi peningkatan pada kaum yang menolak vaksinasi akan meningkatkan risiko infeksi massal. Ya, lagi-lagi bencana ini sebagian besar diakibatkan karena manusia sendiri.
Seberapa Parah Kamu Menyebabkan Tumpahan Minyak Dalam Oil Spill
Permainan ini mengajak pemain menjadi Kapten supertanker minyak, mencoba untuk mengungguli Kapten lainnya dan menjadi yang pertama mengumpulkan dan mengirimkan minyak ke kilang minyak. Pemain berjuang untuk menavigasi perairan yang peka terhadap lingkungan untuk mencoba dan menghindari malapetaka – namun orang cenderung membuat kesalahan, dan bisa menghancurkan lautan.
Pesan: Kebocoran gas, tumpahan minyak, dan kesalahan buatan manusia lainnya membuat malapetaka di samudra, danau, dan sungai kita. Bahkan beberapa dampaknya dapat memiliki efek lanjutan dari generasi ke generasi.
Akhir Desember 2016, sebuah jaringan pipa di North Dakota Amerika Serikat, menumpahkan sekitar 176.000 galon minyak mentah ke sebuah sungai 150 mil sebelah utara lokasi demonstrasi yang menolak konstruksi pemasangan pipa yang bisa merusak perairan, membuktikan bahwa hal yang mereka takutkan dapat dengan mudah terjadi, dan memang begitu. Kesalahan sederhana bisa menghancurkan sumber air selama bertahun-tahun.
Jangan Sampai Perang Nuklir Benar Terjadi Selain Lewat Game Nuclear War
Pemain mencoba mempengaruhi dan mengurangi populasi lawan mereka dengan diplomasi, propaganda, dan akhirnya, persenjataan nuklir. Biasanya, tidak ada yang menang jika ada yang memilih opsi terakhir.
Pesan: Rasanya pembaca harusnya sudah paham bagaimana menakutkannya ancaman jika sampai terjadi perang nuklir. Selama negara-negara seperti Amerika Serikat dan Rusia memiliki tumpukan hulu ledak nuklir, dan negara-negara seperti Korea Utara mencoba menguasai nuklir mereka sendiri, ketakutan akan pemusnahan global akan selalu menjadi masalah.
Nah, itu dia kelima board game yang menyentil saraf otakmu untuk lebih peduli dengan lingkungan. Jangan sampai apa yang kamu kerjakan ternyata memperburuk kondisi bumi ini ya! Tak hanya board game luar negeri, di Indonesia pun banyak lho aneka permainan yang membantu membuatmu sadar tentang pentingnya menjaga lingkungan. Salah satunya adalah tiga game hasil juara kompetisi rancang board game bertema Sustainable Development Goals berikut ini.
Semoga karya anak-anak Indonesia bisa menambah pengetahuan masyarakat tentang lingkungan ya!
*Artikel ini telah terbit sebelumnya pada 18 Januari 2018 oleh Isa R. Akbar.