Mekanik 101 : Menyelesaikan Sengketa Dengan Rock-Paper-Scissors

Mekanik 101 : Menyelesaikan Sengketa Dengan Rock-Paper-Scissors

Hari hujan, anugerah bernama pizza itu tinggal sepotong. Jika tragedi ini terjadi diantara dua insan yang santun, yang ada mungkin hanya saling lirik. Namun bagi yang besar di belantara metropolitan, potongan terakhir adalah pertaruhan gengsi. Untuk menentukan siapa lelaki yang beruntung, seringkali digunakan sebuah metode yang juga merupakan mekanik board game bernama Rock-Paper-Scissors.

Ilustrasi Batu Kertas Gunting dalam iklan Android. Image by youtube.com

Rock-Paper-Scissors 101

Mekanik Rock-Paper-Scissors berakar dari permainan jadul bernama Shoushiling yang terdokumentasikan pertama kali dalam literatur dinasti Han (206 SM – 220 M) di tanah Tiongkok. Dalam tatanan populer, kita lebih mengenalnya dalam bentuk pingsut atau suit.

Implementasi mekanik ini berpusat pada relasi superior-inferior antar elemen permainannya. Batu mengalahkan gunting, gunting mengalahkan kertas, dan kertas mengalahkan batu. Varian lain yang juga populer di Indonesia adalah Jempol-kelingking-telunjuk. Sedikit trivia, varian yang kita kira khas Indonesia ini ternyata diadopsi dari permainan serupa bernama sansukumi-ken dari Jepang, dimana Jempol melambangkan kodok, kelingking melambangkan siput, dan telunjuk melambangkan ular. Aaaah, sekarang hamba mengerti Kishimoto-sensei!

Akhirnya kami mengerti referensi kisah ini. Image by narutobase.net

Permainan yang tercatat pertama kali menggunakan mekanik ini adalah Sefite (1895). Dalam Sefite, pemain beradu taktik dengan memainkan berbagai jenis kapal yang saling menghancurkan. Yang paling menarik, Sefite ternyata dimaksudkan untuk dibaca sebagai sea-fight. Ahoy!

Variasi Mekanik Rock-Paper-Scissors

Implementasi paling sederhana dari mekanik Rock-Paper-Scissors bisa dilihat pada Sid Meier’s Civilization : The Board game (2010). Dalam boardgame ini, tipe unit pertarungan yang terdiri dari Infantery, Mounted, dan Artillery bersifat saling unggul satu sama lain. Implementasi serupa juga bisa dijumpai dalam Yomi (2011) dan DungeonQuest* (2010)

Meskipun teknik pingsut yang hakiki memiliki struktur elemen yang tertutup dan saling mengalahkan, nyatanya implementasi dalam board game tidak begitu saklek. Pick Picknic (2001) adalah salah satunya, dimana pemain bisa memainkan kartu ayam untuk merebut jagung atau memainkan kartu rubah untuk memakan ayam-ayam. Namun sayang, jagung tidak bisa mengalahkan rubah. Jagung lemah, tapi enak.

Pick Picknic (2001), permainan bocah yang seru dimainkan orang dewasa juga. Image by tokopedia.com

Bermain suit fitrahnya dilangsungkan dalam waktu bersamaan, membuat beberapa orang mengkategorikan Rock-Paper-Scissor sebagai peranakan dari mekanik Simultaneous Action Selection. Namun nyatanya tidak selalu begitu. Frank’s Zoo (1999) misalnya, terkomposisi dari berbagai jenis kartu binatang yang saling mengalahkan, namun dimainkan secara bergiliran.

How it Works

Meskipun sempat dilakukan riset yang mengelaborasi teknik memenangkan permainan batu-kertas-gunting, sejatinya relasi antar elemen dalam mekanik ini tidak sebegitu taktis. Yang dituding sebagai jurus ampuh nyatanya lebih merujuk pada statistik dan kondisi psikologis pemain. Daya tarik utama mekanik ini lebih pada sifat mekanik yang dimainkan serentak, membuat pemain harus membaca dan mengantisipasi langkah seterunya. Kombinasi desain yang baik akan mengerucutkan kemungkinan aksi menjadi beberapa langkah paling optimal, yang menghadirkan pondasi bagi lawan untuk melakukan prediksi.

rock-paper-scissors

Salah satu masterpiece Klaus Teuber, Hoity Toity (1990). Image by youtube.com

Boardgame yang mengadopsi Rock-Paper-Scissors sejatinya cukup banyak, namun beberapa tidak mencantumkannya sebagai mekanik utama (termasuk sebagian contoh di atas). Namun keliru jika kita memandang sebelah mata, karena mekanik ini pernah mengantarkan Klaus Teuber meraih Spiel des Jahres melalui boardgamenya, Hoity Toity / Adel Verpflichtet (1990).

Tertarik mengembangkan?

You may also like