Mekanik 101: Dice Rolling, Lebih dari Sekedar Melempar Dadu
- Designer Log
- May 5, 2019
- 687
- 5 minutes read
Kata orang bijak, dalam hidup ini yang pasti adalah ketidakpastian. Pun demikian dalam sebuah lemparan dadu, mekanik yang sudah menjadi candu jauh sebelum JKT48 didirikan. Kali ini kita akan mencoba menelisik apa yang bisa digali di semesta Dice Rolling, tentu saja terkait aplikasinya dalam tabletop game.
Dice Rolling 101
Mekanik Dice Rolling mungkin merupakan mekanik yang paling terkenal sejagat raya. Jika hingga saat membaca artikel ini kamu belum tahu bagaimana sebuah lemparan dadu dilakukan, tolong berhenti sejenak dan renungkan kembali arti hidupmu.
Sejarah Dice Rolling dimulai sejak manusia mulai tidak “pede” menghadapi simpangan hidup dan memilih menyerahkan nasibnya dengan melempar belulang persendian bernama knucklebones. Knucklebones bersisi empat inilah yang konon menjadi cikal bakal dadu modern. Meski begitu, knucklebones bukan satu-satunya media untuk menghadirkan elemen acak di masa lampau. Benda seperti stik kayu dan cangkang kerang diketahui juga digunakan seperti dalam Senet (3000 SM) dan Pachisi (400 M)
Variasi Dice Rolling
Mekanik Dice Rolling sudah sangat solid dalam fungsinya sebagai mediator proses acak. Hampir tidak ada variasi berarti dalam sejarah lemparan dadu . Jika ada yang harus di-highlight mungkin adalah bagaimana Yahtzee (1956) membuat lemparan dadunya lebih strategis, dengan mengizinkan pemain menyimpan sebagian dadu dan melempar ulang sisanya. Varian ini kini dikenal sebagai “Yahtzee-style dice roll” yang banyak diadopsi permainan lain seperti King of Tokyo (2011).
Variasi dalam Dice Rolling lebih banyak dilakukan terhadap pemanfaatan hasil lemparan. Kingsburg (2007) dengan cerdik menyelipkan mekanisme Worker Placement dengan memperlakukan hasil lemparan dadu sebagai worker untuk ditempatkan dalam 18 space yang tersedia. Yspahan (2006) mengelompokkan hasil lemparan sejumlah dadu berdasarkan angka, yang kemudian masing-masing kelompok dapat dipilih oleh pemain. Dice Rolling rasa drafting.
Ada juga permainan yang menghadirkan cara nyentrik dalam melakukan lemparan dadu. Tumblin Dice (2004) mensyaratkan pemain untuk “menyentil” dadunya. Alih-alih melempar secara tradisional, sebuah selipan elemen dexterity dalam permainan dadu.
How it Works
Lemparan dadu berperan sebagai randomizer, titik. Daya tarik mekanik ini adalah elemen curiosity akan hasil lemparan, yang praktis diluar kontrol siapapun (kecuali dadunya dicurangi). Di sisi lain, dadu dilihat sebagai alternatif komponen untuk membuat permainan lebih singkat dan mudah. Karenanya banyak ditemui versi lite-remodel dari sebuah game dengan embel-embel “The Dice Game”, seperti Bang! The Dice Game, Ra : The Dice Game, dsb.
Jadi, sudah kepikiran mau bikin Dice Game apa?