Board Game Indonesia Diharapkan Bisa Hadir di London Book Fair 2019

Board Game Indonesia Diharapkan Bisa Hadir di London Book Fair 2019

London Book Fair (LBF), salah satu pameran buku skala internasional terbesar dunia yang baru saja terselenggara di Inggris. Selama dua hari dari tanggal 10-12 April lalu, pameran yang digelar di Olympia, London, dipenuhi sekitar 2300-an eksibitor dari 65 negara. Indonesia juga berkesempatan menjadi pengisi booth di ajang tersebut.

Indonesia sudah menjadi langganan LBF sejak tahun tiga tahun lalu berkat dukungan dari Komite Buku Nasional (KBN) dan juga BEKRAF. Dari tahun ke tahun, booth Indonesia selalu menjadi lebih baik. Di tahun 2018, selain juga menghadirkan beragam buku dan komik, Indonesia turut serta meramaikan area non buku atau yang lebih dikenal sebagai area crossmedia center (CMC).

Booth Indonesia di London Book Fair 2019 | Foto: Komite Buku ID

CMC sendiri biasa diisi oleh berbagai media kreatif dari para eksibitor seperti animasi, film, game dan aplikasi. Menariknya, untuk pertama kalinya board game Indonesia dibawa dan diperkenalkan di CMC. Anton Kurnia, Koordinator Program Pendaan Translasi dari KBN percaya bahwa media-media kreatif karya anak bangsa selain buku juga patut dikenalkan ke dunia.

“Kami (KBN) selalu mengikuti tren zaman sekarang. Board game tak terkecuali, kami juga mengikuti perkembangannya. Sebagai media kreatif, board game hadir mengisi keragaman konten dan bisa menjadi alternatif alih wahana dari buku.” Jawab pak Anton saat diwawancarai tim Boardgame.id mengapa board game diikutsertakan dalam LBF tahun ini.

Pak Anton bersama board game Indonesia di London Book Fair 2019 | Foto: Komite Buku ID

Beberapa board game yang dibawa ada terbitan Manikmaya Games seperti The Festivals, lalu Celebes dan Pagelaran Yogyakarta dari Kompas, kemudian The Art of Batik dan Acaraki dari Hompimpa Games. Partisipasi Indonesia tahun ini dengan menghadirkan board game juga merupakan bagian dari persiapan untuk LBF tahun 2019.

Indonesia, sebagai negara di Asia pertama, ditunjuk menjadi Market Focus Country di ajang London Book Fair tahun depan. Hal tersebut sama dengan menjadikan Indonesia sebagai negara kehormatan. Kesempatan ini juga membuka pintu bagi Indonesia untuk menghadirkan karya-karya terbaik. Sekaligus menciptakan kemitraan komersial dan budaya di seluruh dunia.

Pak Anton sangat berharap board game Indonesia bisa kembali hadir menjadi media kreatif untuk kategori non-buku. “Untuk board game, kami juga ingin memperkenalkan karya anak bangsa sebagai media alih wahana yang lain. Tentu dengan harapan agar IP-IP (Intelectual Property) yang menempel di board game bisa dibeli oleh mitra di luar negeri.” Ungkap pak Anton menyampaikan harapannya untuk board game Indonesia.

Kesempatan ini terbuka lebar untuk para kreator board game tanah air, masih ada waktu hingga tahun depan jika karya kalian ingin turut ditampilkan di pameran skala internasional seperti London Book Fair. Di akhir wawancara pak Anton juga menawarkan kesempatan bagi para kreator board game untuk hadir langsung saat pameran berlangsung.

Beliau juga berharap agar board game Indonesia sebelum dibawa ke LBF bisa diperkenalkan terlebih dahulu di pameran-pameran buku internasional seperti Frankfurt Bookfair dan Abu Dhabi Internastional Bookfair atau lainnya. Awal Mei kemarin, board game Indonesia juga ikut dipamerkan di Kuala Lumpur International Book Fair 2018.

You may also like