Jauhi Game Untuk Kebaikan Anak! [Keluarga Bermain]
- HeadlineOpiniPendidikan
- September 18, 2019
- 286
- 6 minutes read
“Kiriya hati-hati!” teriak saya suatu sore sambil Saya berlari mendekati tuan putri dan sepedanya yang tiba-tiba membelok, miring, dan hampir terjatuh. Karena begitu kaget dan khawatir, Saya lalu memutuskan untuk menuntunnya bersepeda, mengatur kecepatannya, dan mengarahkan kemana sepedanya harus melaju.
Tidak butuh waktu lama hingga akhirnya tuan putri turun dari sepedanya dan memutusan untuk tidak lagi main sepeda sore itu. Ia menjauh dari saya dan menyibukkan dirinya dengan hal lainnya.
Baca juga: Pentingnya Bermain untuk Orang Tua [Keluarga Bermain]
Segala khawatiran, ketakutan memang perasaan yang tidak enak. Ketika hal itu terkait anak-anak kita bisa semakin berkali-kali lipat lebih tidak enak. Itu mungkin sebabnya kita sebagai orang tua selalu coba melakukan segala apa yang kita bisa untuk meminimalisir semua perasaan tersebut.
Saya bahkan kadang berdalih menyebutnya “memberikan yang terbaik bagi anak”. Padahal apa yang saya lakukan semata-mata untuk diri saya sendiri, untuk meminimalisir segala bentuk khawatiran dan ketakutan yang saya miliki.
Dalam banyak kesempatan, demi meminimalisir segala bentuk kekhawatiran dan ketakutan itu, kita kemudian tergoda untuk menuntun secara berlebih, mengatur, dan mengarahkan aktivitas anak kita sesuai dengan apa yang kita mau. Ruang empati, rasa percaya, semua hilang seketika. Yang ada mungkin hanya ego bahwa kita (orang tua) adalah yang paling tahu segala (yang terbaik) untuk mereka.
Tidak banyak keluarga seperti keluarga Mas Wicak Hidayat atau rekannya sebagaimana disampaikan dalam artikel “Permintaan Istri Pada Suaminya: Ayah, Mainnya Nanti Aja Ya?” yang memiliki ketertarikan, mengeksplorasi potensi game, dan benar-benar coba menghadirkan proses bermain di tengah keluarga.
Sebagian besar dari kita melihat bermain game sesuatu yang harus diminimalisir, dihilangkan sama sekali jika perlu! Karena kita khawatir, takut, itu akan mengganggu sekolahnya, mengganggu kegiatan belajarnya, mengganggu masa depan (yang kita impikan untuk) anak-anak kita!
Baca juga: 5 Kebaikan Bermain Game Untuk Anak-Anak
Kita tidak memberikan ruang untuk mereka mencoba. Kita bahkan kadang menutup mata atas segala potensi baik yang mungkin ada. Hasilnya, seperti yang tuan putri Kiriya lakukan, anak-anak kita mungkin malah menjauh sama sekali dari kita.
Saat ini industri game dunia bernilai lebih dari 140 milyar dollar, puluhan ribu judul game hadir setiap tahunnya. Pertumbuhan industrinya terus tumbuh positif dan tercatat menjadi salah satu industri yang paling pesat perkembangannya dari tahun ke tahun. Artinya, game akan semakin dekat dengan anak-anak kita dan menjauhkan game dari mereka akan jadi hal yang sangat sulit.
Dari sudut pandang lain, industri game mungkin juga sebuah industri yang sangat menjanjikan untuk masa depan. Seperti halnya industri board game Indonesia yang walaupun baru dimulai 2014 lalu, terbukti terus tumbuh secara signifikan.
Saat ini telah tercatat puluhan judul board game Indonesia dan di Bandung kini sudahi galeri board game indonesia terlengkap. Ketika kita menutup mata dengan segala potensi yang ada, kita mungkin juga menutup kesempatan untuk anak-anak kita bisa berkontribusi dan menikmati segala hal baik dari industri ini.
Baca juga: Menunggu Anaknya Bermain, Seorang Ayah Patah Hati [Keluarga Bermain]
Tiap kali ada yang mengingatkan “jauhi game, untuk kebaikan anak!” mungkin adalah sebuah pengingat untuk kita semakin semangat belajar memahami, memilih, untuk kemudian menghadirkan game-game terbaik ke rumah kita dan bermain bersama!