Mahasiswa UKSW Ini Kembangkan Board Game Tentang Tingginya Toleransi Masyarakat Maluku

Mahasiswa UKSW Ini Kembangkan Board Game Tentang Tingginya Toleransi Masyarakat Maluku

Indonesia merupakan negara yang beragam. Keragaman Indonesia yang meliputi suku, bahasa budaya hingga agama, dapat menjadi salah satu keunggulan di nusantara. Sayangnya, keberagaman di Indonesia tidak sejalan dengan masyarakatnya, yang kerap menimbulkan konflik sosial.

Presiden pertama kita, Ir. Soekarno dulu pernah berkata “Jika kita ingin melihat sebuah bentuk kesatuan bangsa, kita dapat melihatnya di Maluku. Maka kita harus belajar dari Maluku”. Ya, dalam sejarah tertulis Maluku pernah menjadi tempat konflik intoleransi terbesar di Indonesia.

Pasca konflik tersebut, rakyat Maluku tidak berhenti menyuarakan keinginan untuk hidup bermasyarakat dengan baik. Wajar saja, karena sejak dulu mereka terkenal dengan toleransi yang kuat, bahkan melampaui batas suku dan agama.

Playtest “The Tale of Pela Gandong” di Open Space Fakultas Teknologi Informasi UKSW | Foto: Komunitas Board Game Salatiga

Jika dihubungkan dengan kondisi negara kita saat ini, nilai kepercayaan sosial yang dimiliki oleh rakyat Maluku tentu saja harus disebarkan ke seluruh pelosok Indonesia. Tentu kalian juga ingin mempelajarinya, bukan? Nah, sekarang kalian bisa melihat simulasi kehidupan rakyat Maluku melalui board game buatan salah satu mahasiswa UKSW Salatiga ini, lho!

Berjudul The Tale of Pela Gandong, game ini bercerita tentang kehidupan di Maluku pada awal abad ke-17, saat pasukan Belanda datang untuk mengambil rempah-rempah di sana. Dalam game ini pemain akan menjadi Raja – sebutan untuk kepala desa di Maluku, yang harus membuat perjanjian dengan Belanda agar meninggalkan Maluku jika penduduk lokal bisa melakukan pembangunan sendiri.

Tak cukup sampai di situ, Belanda yang berniat merusak ikatan persaudaraan Maluku malah memberi kesempatan pada penduduk untuk melakukan tiga pembangunan selama 6 tahun. Jika gagal, Belanda akan mengambil alih pelayaran di daerah tersebut. Cukup rumit? Tenang, para Raja tidak sendiri, karena masing-masing akan dibantu oleh 5 tokoh masyarakat dalam bernegosiasi.

Allez Martin Tangidy (baju batik) sedang menjelaskan game buatannya | Foto: Komunitas Board Game Salatiga

Dirancang oleh Allez Martin Tangidy yang merupakan salah satu mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) UKSW, game dengan mekanisme co-operative ini dibuat sebagai simulasi kehidupan sosial rakyat Maluku pada masanya. Judul game ini sendiri diambil dari istilah Pela Gandong, yaitu sistem kehidupan penduduk asli kota di ujung timur Indonesia tersebut.

Baca juga: Komunitas Board Game Salatiga Ajarkan Siswa SD Pilah Sampah Lewat Board Game

Rupanya, kisah budaya Pela Gandong tidak hanya menarik untuk Allez saja sebagai designer game tersebut, tetapi juga oleh para mahasiswa yang sempat mencoba permainan ini. Saat diadakan testplay di Open Space Fakultas Teknologi Informasi UKSW pada Senin (10/7) dan Selasa (11/7) kemarin, antusiasme ditunjukkan oleh mahasiswa berbagai fakultas dan jurusan. Bahkan, slot yang disediakan panitia selama dua hari langsung habis di hari pertama registrasi!

Merasakan kuatnya toleransi ala masyarakat Maluku lewat board game
Merasakan kuatnya toleransi ala masyarakat Maluku lewat board game | Foto: Komunitas Board Game Salatiga

Meskipun kebanyakan baru pertama kali bermain board game selain monopoli, UNO, dan catur, semua pemain di testplay hari itu merasa senang dan bisa mengambil banyak nilai positif dari permainan tersebut. Seperti Alethea Elizabeth (22), yang setuju jika board game adalah media pembelajaran yang menyenangkan. “Permainannya asyik, dan ada nilai penting yang terselip di dalamnya.” Jelas mahasiswi Ilmu Internasional ini.

Lain halnya dengan Vishnu Endriyanto (20) yang juga sedang belajar di jurusan DKV ini. Saat mencoba board game di sesi testplay, dirinya mengaku ingin bermain lagi dan lagi. “Ketagihan. Game yang sangat menarik dan dapat membantu belajar toleransi antar sesama.” Ujarnya. Tak hanya mereka berdua, seluruh peserta memberi tanggapan baik yang diisi dalam kuisioner.

Sebelumnya, beberapa desainer board game ternama di Indonesia pun sudah menjajal kemampuan mereka dalam game ini. Seperti Isa R. Akbar (The Festival), Erwin J. Skripsiadi (Senggal Senggol Gang Damai, Pagelaran Yogyakarta, Celebes), dan Vicky Belladino (Perjuangan Jomblo, Candrageni).

Mahasiswa dan Mahasiswi yang belum begitu kenal board game-pun mengaku suka dengan permainan dari purwarupa The Tale of Pela Gandong | Foto: Komunitas Board Game Salatiga

Ketika ditanya komentarnya dari sudut pandang desainer, mereka pun mengatakan jika game ini dibangun dengan mekanisme yang menarik. “Aktivasi aksi dalam game ini brilian, tetapi dikemas dengan sederhana sehingga tetap bisa dipahami oleh orang yang baru mulai bermain. Komposisi resources pada tile-nya juga menarik, membuat pemain mau nggak mau harus berdiskusi untuk mencari langkah paling optimal.”

Baca juga: Yuk, Intip Serunya Pameran Board Game di UKSW Salatiga!

Pendapat positif juga diberikan untuk tema permainan ini. Bagi para desainer tersebut, tema game yang mengangkat tolenransi dan persaudaraan sangat terasa, terlebih karena sejalan dengan mekanisme game itu sendiri. Wah, luar biasa ya! Jadi ingin cepat-cepat bermain game keren ini deh. Sukses terus ya, semoga bisa dikembangkan menjadi lebih baik lagi dan bisa segera beredar luas di kota-kota lainnya!

Ale Rasa Beta Rasa!

You may also like