Siapkah Board Game Indonesia Naik ke Pentas Dunia? [Bagian 1]

Siapkah Board Game Indonesia Naik ke Pentas Dunia? [Bagian 1]

Jakarta (15/10). Sabtu lalu, sebuah gedung di Jakarta Pusat yang diberi nama Menara by KIBAR disibukkan dengan beberapa agenda. Berbagai aktivitas terjadi disetiap lantai di gedung yang terdiri dari lima lantai ini. Pertama ada GEG (Google Educator Group) Workshop di ruang Rombak Event space. Kedua, Ilmu Itjip Kopi di Perguruan Kopi. Selanjutnya Buka Puisi Bersama #3 Puisi Urban di Google Lounge. Kala itu pula, teman-teman dari Manikmaya Games turut mengisi kegiatan di coworking space lantai 3.

Manikmaya Games terpilih menjadi tuan rumah di PlayDay @Menara yang kedua (bulan lalu tuan rumahnya adalah Kompas). Mereka berbagi cerita kepada para peserta PlayDay tentang kapabilitas industri board game Indonesia saat ini bila dihadapkan langsung dengan board game luar negeri lewat sesi bincang-bincang dengan topik “Board game Indonesia di Pentas Dunia” yang mengawali acara siang hari itu.

Sesi bincang-bincang dengan Mas Wicak (kiri) dan Andre Dubari (kanan) dikursi pembicara | Foto: boardgame.id

Fokus dari bincang-bincang kali ini diarahkan sebagai diskusi, bisakah board game Indonesia ‘go internasional’? Narasumber yang terlibat tak lain adalah Andre Dubari yang merupakan Business Manager Manikmaya Games. Lalu, ada mas Wicak Hidayat dari Kayumera yang tiga tahun lalu turut menyaksikan secara langsung kiprah Indonesia di Essen SPIEL’14.

Waktu itu mas Wicak sedang menekuni pekerjaannya sebagai salah satu penulis di Kompas.com. Mas Wicak ditawari oleh Kummara Game Design Studio dan Manikmaya Games untuk ikut serta rombongan Indonesia pergi ke Essen. Maksudnya kurang lebih agar keterlibatan Indonesia di pameran board game seluas 10x stadion GBK bisa didokumentasikan lewat tulisan yang lebih enak dibaca.

Indonesia di Pentas dunia
Mas Wicak (kiri) dan Rio Frederrico (Designer Mahardika) di SPIEL’14 | Foto: Kummara

Mas Wicak mengaku, board gamer Eropa banyak yang terpesona dengan konten yang diangkat oleh board game-board game Indonesia. Apalagi saat itu Manikmaya Games baru gembar-gembor soal board game bertema kemerdekaannya yang berjudul Mahardika.

Menariknya lagi, mas Wicak menambahkan ada beberapa orang Belanda menanyakan siapa yang dilawan pemain dalam permainan Mahardika? Ya! dalam Mahardika pemain bekerja sama menjadi tokoh-tokoh paling berpengaruh dalam kemerdekaan Indonesia seperti Sukarno, Hatta, Ki Hajar Dewan Tara dan lainnya untuk melawan penjajah. Jadi ya pembaca bisa bayangkan sendiri lah kira-kira jawaban apa yang diberikan tim Indonesia saat itu.

Booth Indonesia juga sempat didatangi oleh Joris Wiersinga, game designer dari board game berjudul Indonesia. Dia cukup kaget, negara yang ia buat sebagai board game ternyata sudah punya gamenya sendiri. Tapi tim Indonesia yang lebih kaget, oh ternyata ini pelaku dibalik board game yang mengambil nama negara ini.

Usut punya usut, board gamer luar negeri (terutama Eropa) tidak terlalu mengedepankan artwork, atau gaya gambar. Bagi mereka, cerita dan cara main lebih penting. Mereka ingin mencari board game yang fresh dan unik, baik dari konten ataupun narasi.

Nah, saat itu Indonesia hanya membawa Mat Goceng dan Mahardika yang ternyata menarik perhatian mereka. Kalau disimpulkan dari yang disampaikan mas Wicak, sebenarnya pasar internasional menginginkan tema atau game yang lebih bervariasi, tidak melulu tentang zombie, abad pertengahan, atau juga sihir.

Memang sayangnya, satu poin yang masih kurang dari Indonesia adalah kualitas produksi. Masih ada beberapa titik yang harusnya bisa ditingkatkan, misal harus ada pembeda selain warna untuk membedakan kartu warna ini dan kartu warna itu, karena mungkin yang akan memainkan game kalian bisa jadi pemain yang buta warna. Walapun ada juga yang mengapresiasi karena desain box Mat Goceng bisa dibilang cukup unik bagi mereka.

Beberapa board game Indonesia yang akan ikut serta di SPIEL’17 | Foto: Boardgame.id

Go international menurut mas Wicak bukan sekedar bisa dijual di pasar internasional tetapi juga memang harus memiliki kualitas internasional baik dari kualitas produksi, kualitas gameplay dan kualitas budaya. Di luar negeri, sudah jadi hal lumrah, orang tua dan anaknya, kakek nenek dan cucunya main board game bareng. Budaya bermain ini yang juga harus ditumbuhkan di Indonesia jika ingin go internasional dengan kualitas terbaik.

Ayo jangan malu ajak teman dan keluargamu untuk sesering mungkin bermain board game. Jadi, sudahkah kamu bermain board game minggu ini?

Lanjut ke bagian 2.

You may also like