Belajar (dan Beribadah) Bersama Anak Lewat Bermain Game, Mungkinkah?

Belajar (dan Beribadah) Bersama Anak Lewat Bermain Game, Mungkinkah?

Seperti yang kita tahu, gamification adalah proses mengimplementasikan peraturan-peraturan game ke dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini muncul dalam berbagai macam jenis, namun biasanya berkisar tentang sebuah proses belajar dan pemberian reward atas tugas yang berhasil diselesaikan.

Meskipun istilahnya baru terdengar belakangan, tanpa disadari sebetulnya gamification sudah berbaur dengan kita sejak zaman kecil dulu. Salah satu penerapan yang penulis ingat adalah masa-masa beribadah saat di bangku Sekolah Dasar.

Berlomba-lomba Belajar dengan Gamification

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar saya di sebuah sekolah swasta dengan ajaran agama yang cukup kuat. Sebagai contoh untuk yang beragama Islam, setiap bulan Ramadan pihak sekolah akan membagikan sebuah buku kecil. Buku kecil tersebut berisi tabel daftar aktivitas beribadah pelajar.

Salah satu tabel berisi daftar hafalan surat dan doa yang mengharuskan pelajar menghafalkan apa yang tertera dalam tabel dan membacanya di depan guru atau staf. Setelah itu guru atau staf akan menentukan apakah pelajar pantas memperoleh tanda tangan mereka.

Belajar

Sepertinya simpel, tapi pada kenyataannya ini adalah metode pembelajaran yang luar biasa efektif dan menjadi sangat menarik. Para pelajar berlomba-berlomba untuk melengkapi tabel mereka dengan tanda tangan guru sembari membanggakannya, layaknya gamer yang berlomba-lomba menyelesaikan tantangan atau quest dalam game demi melengkapi achievements.

Baca Juga: Kelas Game Design: Materi Bermanfaat Untuk Rancang Game Impian

Tabel lainnya tidak kalah menarik. Pelajar diharuskan untuk mengikuti kegiatan salat tarawih, dan setelah selesai para pelajar harus meminta tanda tangan dari penceramah hari itu. Tidak jauh berbeda dengan contoh sebelumnya, tabel ini juga betul-betul efektif untuk membiasakan pelajar untuk tidak meninggalkan ibadah.

Semua kegiatan di atas sebenarnya sangat mudah untuk diimplementasikan ke hal lain. Misalnya untuk hafalan pengetahuan umum dan sejarah (seperti yang diterapkan dalam board game Linimasa Kemerdekaan dan Linimasa STEAM). Atau belajar mengaji dengan board game Zamzamy, mengingat beberapa hari lagi kita semua akan menunaikan ibadah puasa bulan Ramadhan.

Bukan tidak mungkin jika pendekatan edukasi dapat dilakukan dengan cara-cara menantang dan menyenangkan seperti ini, baik guru maupun orang tua mungkin tidak akan terlalu kesulitan untuk mendorong anaknya belajar.

*artikel asli telah terbit sebelumnya dengan judul “Mengajar Anak Beribadah Dengan Gamification” oleh Rizal Ziz tanggal 27 Desember 2015.

You may also like