Alex Kurniawan: Board Game Adalah Media Permaianan yang Mendidik dan Mendekatkan Keluarga
- HeadlineKomunitasPendidikan
- December 21, 2017
- 310
- 4 minutes read
Tahun 2017 ini, sebenarnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia naik hingga 5%, sedangkan perekonomian dunia hanya naik 3,5%. Kenaikan ini memang sumber terbesarnya berasal dari sektor riil (sektor penghasil barang). Banyak produk-produk kreatif yang dihasilkan oleh Indonesia, termasuk salah satunya board game.
Sebenarnya bisnis industri board game di tanah air sudah berjalan cukup lama. Jika dilihat di toko buku atau toko mainan sangat mudah menemukan permainan seperti Monopoli, Catur, Ular Tangga, Halma, Ludo dan sebagainya. Namun, belakangan ini munculnya istilah board game modern di tengah-tengah masyarakat seakan akan menjadi hal yang baru. Seakan beda perlakuan bisnisnya.
Dua paragraf di atas disampaikan dengan jelas oleh Alex Kurniawan, Direktur PT Petra Togamas di Surabaya, dalam sesi Talkshow di Surabaya Board Game Market hari pertama (15/12). Hampir semua keluarga di Indonesia memiliki Monopoli, lantas kenapa tidak untuk board game lokal.
Pak Alex mengaku baru menjajal board game modern satu tahun belakanagan. Keris Tanding terbitan Manikmaya Games menjadi board game lokal pertama yang dimilikinya. Meskipun diagkat dari komik dan ceritanya fiktif namun, banyak hal yang bisa dipetik dan dipelajari dengan sesi bermain Keris Tanding bersama putranya.
“Di Keris Tanding, mengikatkan saya kalau jaman dulu orang-orang itu jago membuat keris. Saya terpikir untuk menceritakan ke anak saya tentang keris tanpa harus mengumpulkan banyak buku.” Ujar pak Alex yang kala itu mengenakan kemeja batik Warna biru.
Memang, zaman dahulu kalau baca buku sejarah banyak Mpu yang jago membuat keris. Jika si anak tertarik lebih dalam mereka bisa mempelajarinya bersama-sama. Tapi kedekatan dan inisiati cerita keris ini mungkin tidak tercipta kalau mereka tidak main Keris Tanding.
Baca juga: Gibran Rakabuming: Board Game Mampu Berikan Kedekatan Emosional Dalam Keluarga
“Dari situ saya bertanya kenapa board game lokal yang seru dan memuat konten-konten Indonesia kenapa agak susah ditemukan, jadi saya terpikir bagaimana kalau board game-board game lokal ini dimasukkan ke jaringan toko buku Togamas.” ungkapnya dengan optimis.
Board game dengan sasaran dari Togamas yang mendekatkan masyarakat yang membutuhkan media edukasi, sedangkan seperti yang sudah pak Alex rasakan sendiri, board game bisa menjadi salah satu sarana untuk edukasi. Lewat Waroong Wars yang menjadi board game lokal keduanya bisa mengajarkan aneka makanan khas, lalu batik lewat The Art of Batik, dan belajar keris lewat Keris Tanding.
Sayangnya, satu kendala dari distribusi Togamas adalah tidak ada yang mampu menjelaskan atau megajarkan cara mainnya ke pelanggan. Pak Alex berharap APIBGI bisa memberikan dukungan untuk mempermudah hal ini, misal membuat workshop atau seminar di Togamas.
Pak Alex juga menyatakan kekhawatiran yang ia rasakan dalam keluarga zaman now.
“Ayahnya main gadget, ibunya main gadget, anaknya main gadget, lha trus kapan mereka main bareng tanpa gadget. Kalau sudah begini bagaimana kita sebagai orang tua mengajarkan kearifan lokal yang dimiliki Indonesia.” Terangnya sambil memberi tanya besar.
Menurutnya, board game bisa menengahi hal tersebut, semua anggota keluarga bisa ikut main, dan anak-anaknya juga mendapat pengetahuan baru.
Baca juga: Kaesang Pangarep: Bermain Sambil Belajar Lewat Board Game
“Oh ternyata membuat keris itu tidak gampang, harus bertapa dulu, makanan khas surabaya itu tidak hanya lontong balap. Pengetahuan ini mungkin tidak bisa didapatkan jika satu keluarga tidak main bareng. Board game itu suatu cerminan blessing in disguise, yaitu sebuah permainan tapi mendidik.” Tegas pak Alex menutup sesi Talkshownya.
Semoga Togamas bisa mempermudah masyarakat Indonesia untuk mendapatkan board game asli Indonesia, dan lebih banyak lagi keluarga yang main board game.