Sejak Berhenti Bekerja, Pria Ini Malah Jadi Milyarder dengan Menjual Board Game Buatannya
- Kabar IndustriKomunitas
- May 30, 2018
- 399
- 6 minutes read
Setiap individu mengartikan board game menjadi sesuatu yang berbeda-beda, ada yang bilang board game membuat mereka menjadi lebih dekat dengan teman dan keluarga seperti yang disampaikan Kristi Weyland lewat videonya.
Namun lain cerita bagi, Travis & Holly Hancock. Bagi mereka board game adalah alasan mengapa mereka mendirikan Facade Games, penerbit board game asal Ohio – Amerika yang kini sukses mengumpulkan milyaran rupiah dengan menjual board game buatan mereka.
Awalnya mereka hanya membutuhkan dana sebesar 80-an juta rupiah lewat situs galang dana Kickstarter untuk menerbitkan board game mereka yang pertama berjudul Salem 1692 pada bulan Maret tiga tahun yang lalu. Mereka yang kala itu baru pertama mencoba menerbitkan board game tidak menyangka board game mereka akan laku.
Setelah mereka menekan tombol luncurkan (di Kickstarter), mereka kaget karena ternyata banyak yang mendukung lantaran mereka awalnya tidak memiliki pengalaman apapun soal ini. Pada akhirnya mereka mengumpulkan sekitar 1,4 Milyar rupiah untuk proyek Salem 1692 di atas.
Mereka berharap orang-orang akan suka, sebuah game yang diangkat dari cerita perburuan penyihir di tahun 1962. “Ibu saya pernah bilang, sebuah game akan selesai jika box gamenya sudah usang.” Kata Travis sambil mengingat. “Ini karena game yang sudah usang tampak seperti sampah jadi enggan untuk mengambilnya dari rak.”
Justru karena itu, mereka sengaja membuat kemasan Salem nampak seperti buku usang, terlebih karena tema yang diangkat juga ratusan tahun lalu. Agar lebih tematik.
Selama dua tahun Travis mencoba menggarap prototipe serampungnya ia bekerja sebagai digital marketer dan Holly sebagai pengajar. Ketika prototipe sudah siap, mereka mencoba membuat video promosi yang direkam dengan iphone dan membayar pengisi suara yang bisa mengucapkan logat Inggris kuno untuk menghidupkan suasana Salem.
“Ini hanya agar orang-orang lebih menyatu dengan permainan.” Ungkap Travis. Mereka kemudian juga menggunakan gaya pengisi suara bergaya koboi dan bajak laut untuk game mereka berikutnya.
Setelah produk jadi dikirimkan kepada para backers di bulan November 2015. Travis memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai digital marketer dan beralih profesi menjadi perancang gim secara full-time agar bisa lebih fokus menggarap game kedua mereka. Sedangkan Holly tetap menjadi guru agar keluarga mereka masih mendapat tunjangan kesehatan.
Di awal tahun 2017, mereka kembali meluncurkan game baru lewat Kickstarter. Kali ini bertema bajak laut dengan judul Tortuga 1667. Dengan melewati prosedur dan proses yang kurang lebih sama dengan sebelumnya, keluarga Hancock hanya bisa menarik nafas dalam-dalam untuk melihat hasilnya.
“Saya masih tidak yakin karena Salem termasuk proyek yang anomali yang ternyata sukses di Kickstarter. Saya tidak tahu dengan game kedua ini, kalau gagal kami harus kembali mencari pekerjaan.” Travis menyampaikan ke khawatirannya saat itu.
Tahu apa yang terjadi? Tortuga 1667 kemudian sukses besar, malah dana yang terkumpul hampir empat kali lipat dibanding Salem atau sekitar 5,4 Milyar rupiah.
Kesuksesan ini lantas membuat keluarga Hancock benar-benar full-time untuk mengurus Facade Games menjadi korporasi utuh. Mereka membagi deviden agar tetap bisa menjadi ayah dan ibu untuk anak mereka, Margo yang kini baru berumur satu tahun.
“Saya sangat keras kepala dan faktanya saya tidak suka bekerja di bawah orang lain, jadi mungkin inilah mengapa saya ingin menjadi atasan saya sendiri.” Katanya. “Saya juga sudah menduga akan berkeluarga dan bisa menghabiskan waktu bersama mereka tentu sangat menyenangkan.”
Ketika perusahaan yang berkecimpung di industri board game ingin tumbuh cepat, Facade Games justru sebaliknya. Travis mengatakan ia akan menumbuhkan perusahaannya secara perlahan. Bahkan ia tidak berencana untuk mempekerjakan karyawan baru untuk Facade Games.
“Kalau kamu merekrut karyawan, kamu harus berkomitmen untuk mengurusnya jadi ia jadi terikat dengan kita. Kami sudah senang hanya dengan kita.” Jelas Travis.
Kini mereka bergantian menjaga Margo, dan kerja remote jika perlukan. Mereka juga berharap anak mereka akan tumbuh dan menyukai board game seperti kedua orang tuanya.
Sumber: CNBC