Pasaraya: Menguji Diri Menjadi Manajer Supermarket [Review]
- Kabar GameOpini
- September 7, 2018
- 345
- 7 minutes read
Pada suatu hari yang cerah setelah kamu lulus kuliah. Kamu kembali ke kampung halaman dan memutuskan untuk berbuat sesuatu yang bisa menjunjung perekonomian kota kelahiranmu. Berhubung kamu adalah lulusan magister bisnis kamu pun memutuskan untuk menjadi manajer supermarket.
Kurang lebih seperti itulah narasi yang ada dalam permainan Pasaraya: Supermarket Manager. Sayangnya kamu bukanlah satu-satunya orang yang berniat demikian. Kamu akan bersaing dengan maksimal tiga manajer lainnya untuk menjadi yang paling suskes.
Penasaran menjalani bagaimana kisah sebagai seorang manajer supermarket dalam sebuah board game? Boardgame.id akan mengulas Pasaraya: Supermarket Manager untukmu.
Oiya, Ada yang bisa menebak penerbit Pasaraya berasal dari negara mana? Salah kamu menjawab buatan Indonesia. Game yang dirancang oleh Seh Hui “Felix” Leong ini datang dari negara tetangga kita, Malaysia.
Cara Main
Setiap pemain memiliki papan yang akan menjadi dashboard supermarket. Mengusung konsep deck-building, pemain dibekali 10 kartu yang berisi uang, makanan dan pakaian untuk dijual. Pemain bisa membelanjakan uangnya untuk menambah barang-barang atau merekrut karyawan.
Ada slot untuk Bank di dashboard, setiap uang yang masuk berkat penjualan akan masuk ke Bank terlebih dahulu. Pemain bisa memilih aksi menarik uang (withdraw) agar si uang masuk ke dek utama miliknya. Aksi-aksi lain yang tersedia seperti menambah stok barang ke supermarket, mempekerjakan karyawan atau memenuhi permintaan pasar.
Permainan akan menuju babak akhir saat kartu Fiscal Reporting muncul dari tumpukan. Semua uang dan aset pemain (barang yang belum terjual plus karyawan) akan ditotal dan tentu pemain dengan uang terbanyak lah pemenangnya.
Aksi & Gameplay
Mekanik deck-building yang dipakai dalam permainan ini terbilang unik. Di sini, kartu-kartu masuk dan keluar dari dek dengan amat cepat. Kartu barang yang terjual atau uang yang dibayarkan akan hilang dari dek. Kartu yang permanen hanyalah kartu karyawan.
Sistem Bank juga unik, pemain bebas menarik berapa pun uang yang diinginkan agar masuk ke dek. Pertimbangannya tentu kalau terlalu sedikit pemain tidak bisa belanja banyak. Jika kebanyakan mengambil uang, dek jadi penuh uang dan akan menghambat akselerasi putaran dek.
Beberapa kartu karyawan juga bisa di menjadi kombo. Penting untuk mengatur momentum putaran dek untuk menyusun strategi di putaran-putaran berikutnya.
Replayability
Pada dasarnya game berjenis deck-building selalu seru untuk dimainkan. Bagaimana pemain menyusun strategi dalam dek pasti berbeda dari satu game dengan berikutnya. Termasuk pula untuk Pasaraya. Waktu tunggu antar pemain jika baru pertama kali main terkesan lama, kami membutuhkan waktu dua jam untuk menyelesaikan permainan dengan empat pemain. Harusnya tidak masalah, dan akan menjadi lebih cepat untuk sesi-sesi berikutnya.
Adapula 21 kartu harga pasar dengan efek berbeda yang hanya dipakai 5 untuk setiap sesi permainan. Kartu ini berfungsi mengubah nominal harga jual satuan untuk barang-barang yang ada.
Final Thought
Kami menyukai desain box Pasaraya. Jika diperhatikan, desain box permainan ini menyerupai kotak susu yang biasa dijual di supermarket, lengkap dengan tutupnya. Sambil menunggu giliran kamu bisa bercanda seakan menuang susu dengan box ini.
Game ini cukup intens dan sangat kompetitif. Kartu permintaan pasar akan hilang begitu ada pemain yang menyambutnya. Siapa cepat, dia dapat. Bukankah begitu persaingan di supermarket?
Sayangnya tidak ada peran konsumen di dalam permainan ini. Pemain bisa membeli barang dan menjual, tapi siapa yang membeli produk dari supermarket kita? Hal ini membuat tema seakan meluntur. Atau, mungkin nantinya akan muncul sebagai ekspansi?
Akhir kata, tim Boardgame.id mengucapkan terimakasih kepada Boxfox Games yang telah memberikan review copy Pasaraya: Supermarket Manager.
Psst! Minggu depan jangan ke mana-mana ya! pantengin terus Boardgame.id karena kami punya kejutan untuk kalian.
Foto oleh: Isa R. Akbar