Bermain Bersama Mereka yang Tercinta [SPIEL Untold Story]
- HeadlineKomunitasSPIEL 2018
- November 6, 2018
- 306
- 4 minutes read
Essen SPIEL 2018 memang sudah berakhir pada hari Minggu tanggal 28 Oktober kemarin. Dengan segala keterbatasan, banyak hal yang Boardgame.id belum ceritakan. Seperti yang mungkin pembaca sudah ketahui lewat artikel-artikel liputan SPIEL sebelumnya, kami bertemu dengan banyak para pelaku di industri board game dari berbagai belahan dunia.
Baca juga: Asal Usul Internationale Spieltage SPIEL, Ajang Pameran Board Game Paling Bergengsi
Kami akan berusaha memberikan beragam informasi seperti hasil interview dan lain sebagainya yang kami dapat dari sana. Namun, lain daripada itu, banyak pula hal-hal menarik yang rasanya saya pribadi sulit menemukannya setelah mengunjungi sebuah pameran eksibisi.
Satu yang ingin saya bagi di sini ialah kehangatan dari sebuah pameran yang berhasil mengundang 192.000 pengunjung selama 4 hari. SPIEL bukanlah pameran yang hanya ditujukan untuk mereka yang pecinta board game strategi garis keras, bukan pula hanya untuk yang doyan bermain board game selama berjam-jam.
SPIEL adalah pameran memberi ruang antara satu insan dengan yang lain untuk duduk di satu meja yang sama untuk bermain bersama, ceria dan bersenang-senang dengan keluarga, sahabat atau teman baru. Sejak hari pertama SPIEL dibuka, sepasang suami istri dan putra-putrinya sudah berdatangan.
Menurut Dominique Metzler, penanggung jawab SPIEL: “SPIEL bisa dibilang sudah menjadi tradisi dan agenda tahunan bagi keluarga. Dan ini akan diteruskan, sampai anak-anak mereka tumbuh dewasa, menikah dan membawa putra-putri mereka pada masanya.”
Ya! Bagi masyarakat Jerman, SPIEL sudah menjadi destinasi tahunan keluarga secara turun-temurun. Tahun ini merupakan tahun ke-36 SPIEL berlansung. Artinya Bu Metzler sendiri telah mengalami masa pergantian generasi tersebut. Dari muda, memiliki anak, diajak datang sampai sekarang anaknya sudah membawa putra-putrinya sendiri (cucu Bu Metzler).
Terbukti, board game memang dianggap penting bagi mereka. Bayangkan saja, event macam apa yang membuat keluarga mau meluangkan waktunya satu tahun sekali kalau mereka tidak percaya kalau bermain itu penting. Kalau di Bandung, SPIEL ibarat sudah seperti menjadi Bobotoh atau pendukung PERSIB yang mendarah daging dalam keluarga dan masyarakat Bandung dan wajib nonton setiap pertandingannya.
Tahun ini, untuk pertama kalinya SPIEL membagikan buku panduan pameran (SPIEL Guide) setebal 64 halaman berwarna yang dibagikan secara gratis untuk para pengunjung. Hal ini memudahkan mereka untuk mencari booth yang mereka incar atau membuat agenda sendiri ingin mampir ke mana saja.
Baca juga: Jerman, Fakta Di Balik Negara yang Menjadi Kiblat Industri Board Game Dunia
Satu lagi, SPIEL dilaksanakan di kota Essen. Kota yang notabene adalah kota tambang. Masyarakatnya sangat pekerja keras. Menariknya, karena ada SPIEL, setahun sekali di bulan Oktober kota ini seakan tersihir menjadi kota yang ramah.
Setiap harinya, SPIEL ditutup pada jam 7 malam untuk umum. Namun, berbagai tempat di kota Essen berubah menjadi tempat main. Kafe, restoran bahkan lobby hotel memberikan tempat sebebas-bebasnya bagi para tamunya untuk membongkar board game yang baru saja mereka beli dan memainkannya di sana. Dari kota tambang menjadi surga, tempat bermain bersama mereka yang tercinta.