Festival Belajar Main! Saatnya Serius Bermain di Bulan Januari 2019
- AdvertorialEvent
- December 26, 2018
- 345
- 4 minutes read
Sebagai guru atau orang tua, sudahkah Anda memiliki resolusi khusus tentang bagaimana menyokong edukasi untuk anak di tahun 2019?
Mengisi bulan pertama di tahun 2019, Ludenara, sebuah organisasi non-profit yang fokus pada implementasi pendekatan pembelajaran interaktif berbasis game (game-based learning) akan menggelar sebuah acara bertajuk Festival Belajar Main (FBM).
Meskipun judulnya bermain, target utama dari FBM adalah para guru dan orang tua. Alasannya sederhana, soal bermain dan berimajinasi, anak tak perlu diajari. Yang musti diajari adalah orang tua dan guru sebagai pendidik atau pendamping si anak.
Baca juga: #NgobrolGame: Imajinasi Tak Perlu Diajarkan Pada Anak
Program Festival Belajar Main
FBM memiliki banyak rangkaian kegiatan yang didesain khusus untuk memberikan pengalaman sekaligus sosialisasi pendekatan game-based learning agar bisa dimanfaatkan secara baik oleh guru, orang tua, ataupun komunitas/aktivits pendidik.
Selain workshop game-based learning, akan ada juga Talk Show bertajuk “Bermain, Game, dan Proses Belajar”, Galeri Resep Main, serta Kelas Belajar Main yang terbagi dalam dua topik: Sustainability dan Character Building.
Festival ini akan dilaksanakan selama 2 hari dari tanggal 12-13 Januari 2019 di SD Gagas Ceria, Jalan Malabar no.61 Bandung. Tiket perorangnya Rp250.000 untuk satu hari atau Rp400.000 untuk dua hari.
Tersedia pula tiket rombongan untuk empat orang seharga Rp750.000 (satu hari) dan Rp1.200.000 untuk dua hari. Pendaftaran dan informasi lebih lanjut tentang Festival Belajar Main kunjungi halaman Ludenara berikut ini: http://ludenara.org/fbm/
Tentang Ludenara
Ludenara memiliki misi mengedukasi publik terkait berbagai potensi game dan bagaimana bisa memanfaatkan game sebagai sebuah media pembelajaran sekaligus memotivasi berbagai bentuk perubahan positif.
Untuk mewujudkan tujuan di atas Ludenara fokus pada berbagai program peningkatan kapasitas bagi orang tua, guru, aktivis pendidikan, komunitas, serta berbagai pihak yang tertarik untuk memanfaatkan game dalam proses pembelajaran serta terlibat aktif untuk peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.