Bermain Board Game Bersama Bapak
- OpiniPendidikan
- May 16, 2019
- 289
- 4 minutes read
Ayah saya adalah pemain board game yang giat. Di masa kecil, saya ingat, ia rajin berkumpul seminggu sekali untuk bermain board game Scrabble.
Kami, anak-anaknya, seingat saya tidak pernah ikut dalam kegiatan itu. Pertama, karena yang bermain semua adalah bapak-bapak. Kedua, sesi selalu diadakan malam hari dan bisa berlangsung sampai larut malam. (Belum lagi itu dilakukan sambil mengonsumsi berbatang-batang rokok kretek).
Baca juga: Pemenang Turnamen Scrabble di Prancis Justru Tidak Bisa Berbahasa Prancis!
Sekarang hampir semua teman sepermainan itu, seingat saya ada empat orang termasuk Ayah saya, sudah tiada. Kecuali salah satunya yang kini jadi host sebuah acara televisi dengan tema hukum tapi rajin membahas hal-hal berbau politik.
Saya tidak ingat berapa lama ritual bermain board game itu berlangsung. Saya duga ritual itu berhenti setelah salah satu dari mereka pindah rumah, sehingga tidak lagi terjangkau dengan jalan kaki.
Kalau dipikir-pikir, mungkin memang saya mewarisi kesukaan pada board game ini dari keluarga. Dulu kami (anak-anak) rajin bermain Monopoli di bulan puasa. Main kartu cangkulan di kala senggang. Bahkan Scrabble juga jadi salah satu bawaan wajib jika keluarga kami pergi liburan.
Tentu saja, mungkin saya cuma berhalusinasi. Mungkin keluarga kami memang tidak pernah bermain bersama. Tapi saya menyusun memori itu sebagai bagian signifikan dalam kenangan saya karena kebetulan saya suka main board game. Atau memang itu kenyataannya? Entahlah.
Seingat saya, semakin saya dewasa, semakin sedikit waktu kami sekeluarga untuk bermain. Masing-masing anak punya kesibukan sendiri, pacar dan teman, atau kesibukan sekolah dan kuliah, mengganggu waktu bermain bersama. Apalagi saya kemudian kuliah di luar kota.
Dan di masa-masa itu, saya rasanya tidak pernah bermain board game di perantauan. Jangan-jangan, kala itu, kegiatan bermain board game sudah terlalu identik dengan aktivitas anak kecil. Atau saya memang sudah tersangkut pada gemerlap internet yang kala itu sedang lucu-lucunya.
Mungkin kami yang kehilangan minat. Mungkin bosan pada permainannya. Mungkin juga, terlalu banyak tuntutan dan nasihat, sehingga kegiatan bermain menjadi tidak lagi menyenangkan.
Hari-hari belakangan ini saya berusaha mengingat masa-masa kami bermain sekeluarga. Ingin sekali mengingat, seperti apa tingkah polah Ayah dalam bermain, apakah ia tipe yang mengambil keputusan dengan tergesa-gesa atau butuh waktu lama untuk analisa. Saya ingin tahu sekali, apakah Ibu saya tipe yang membiarkan orang lain menang atau tak pernah luput mengambil peluang.
Baca juga: Berkenalan Dengan Jighere, Si Raja Scrabble Dari Benua Hitam [Video]
Keduanya sudah tiada dan saya tidak akan pernah punya kesempatan untuk tahu. Saya sadar, saya sudah tidak punya lagi kesempatan untuk bermain board game bersama Bapak.