Surat dari T1: Board Game dan Proses Pembelajaran Yang Lebih Manusiawi

Surat dari T1: Board Game dan Proses Pembelajaran Yang Lebih Manusiawi

Pada sekitar tahun 1906, seorang wanita bernama Elizabeth Magie mempublikasikan sebuah board game berjudul Landlord Game. Landlord Game didesain untuk memberikan gambaran terkait Geonomics, sebuah konsep ekonomi yang ia percaya menjadi solusi atas permasalahan atas sistem sewa yang berlaku pada saat itu (yang umumnya hanya menguntungkan para pemilik lahan).

Cikal bakal Monopoly

Tidak lama setelah dipublikasikan, Landlord Game mulai digunakan sebagai media pembelajaran Wharton School of Finance and Commerce – University of Pennsylvania (saat ini dikenal sebagai salah satu kampus terbaik di dunia untuk bidang keuangan dan ekonomi) dan kemudian menyebar ke berbagai kampus lain termasuk Princeton dan MIT. Landlord Game ini juga kemudian dikenal sebagai cikal bakal dari board game Monopoly yang kita kenal saat ini.

Baca juga:Ā Guru dan Orang Tua Ini Percaya Game Bisa Hadirkan Suasana Belajar Seru

Pada sekitar akhir tahun 1950-an Jay Forrester seorang ahli komputasi dan Profesor di MIT menciptakan Beer Game, sebuah (board) game untuk mensimulasikan dinamika yang terjadi pada rantai suplai (supply chain). Hingga saat ini beer game masih terus digunakan di berbagai kampus sebagai salah satu media pembelajaran terkait dasar-dasar konsep rantai suplai.

Tahun 1978, John Hunter memperkenalkan World Peace Game di salah satu kelasnya. World Peace Game adalah sebuah (board) game yang memberikan pembelajaran interaktif mengenai berbagai konflik politik dan tantangan dalam menhadirkan perdamaian di dunia. Saat ini World Peace Game telah digunakan oleh berbagai institusi pendidikan dari mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi di berbagai negara.

John Hunter - Proses Pembelajaran
John Hunter – Proses Pembelajaran (World Peace Game) | Foto: humanium.org

Pada Edisi Januari-Februari 2015, Harvard Business Review menuliskan 2 halaman artikel khusus dengan judul: “What Board Games Can Teach Business”. Dalam artikel tersebut dipaparkan berbagai judul board game yang diyakini mampu memberikan insight terkait berbagai topik yang relevan dengan bidang bisnis dan manajemen.

Baca juga:Ā Guru SMAN 1 Petungkriyono: Mengajar Generasi Gamer ya Harus Pakai Game Dong [Wawancara]

Berbagai hal di atas memberikan sedikit gambaran betapa board game memiliki potensi luar biasa sebagai media pembelajaran yang sangat efektif dan bukan hanya sekedar media hiburan semata. Board game terbukti juga mampu menghadirkan proses pembelajaran interaktif secara optimal sekaligus juga memotivasi peningkatan kapabilitas dari semua pihak yang terlibat (guru dan murid).

proses pembelajaran
Gameschooling dari Ludenara

Salah satu kunci untuk mengoptimalkan potensi tersebut adalah tentu keterbukaan berbagai institusi pendidikan dan pihak yang terlibat di dalamnya (kita semua) untuk memanfaatkannya. Selama kita masih berpikir game hanyalah sekedar media hiburan/bermain semata dan tidak memiliki tempat di sekolah, kampus, dan juga rumah, maka selama itu pula kita sebenarnya menutup kesempatan bagi anak-anak kita untuk mendapatkan pengalaman belajar yang luar biasa.

Baca juga:Ā Seru! Anak-Anak Jelajahi Ragam Perayaan Nusantara di Kelas Kedua Gameschooling

Untuk itu, membangun industri board game Indonesia harusnya bukan sekedar dilihat untuk membangun sebuah industri media hiburan semata melainkan dilihat sebagai sebuah investasi untuk menghadirkan media pembelajaran yang berkualitas, mudah dikembangkan, dan terbukti efektif. Ā Lebih dari apapun,Ā board game mungkin adalah salah satu media terbaik untuk kita sama-sama berkontribusi hadirkan proses pembelajaran yang lebih manusiawi.

Kini kami juga sudah mendirikan PlaySpace by Boardgame.id di Bandung, sebuah ruang aktivitas untuk kita sama-sama manfaatkan, kita isi dengan berbagai acara positif untuk mendukung pendidikan sekaligus industri board game Indonesia sekaligus.

Eko Nugroho,
Koordinator tim penulis/redaksi boardgame.id

You may also like