Sebarkan Perdamaian Ke Anak-Anak Muda Lewat Board Game [Wawancara]
- HeadlineNgobrol GameOpiniPendidikan
- October 8, 2019
- 355
- 31 minutes read
Negeri ini mungkin sudah lepas dari jajahan negara asing dari 74 tahun yang lalu. Akan tetapi aksi demo, tawuran, kekerasan serta aksi-aksi penyebaran kebencian oleh oknum-oknum tertentu masih saja tetap ada. Misi menyebarkan perdamaian serta toleransi menjadi penting. Agar lebih menyenangkan, salah satu cara menyebarkan pesan damai tersebut dibungkus melalui game.
Kenapa game? Bukankah bermain game adalah aktivitas yang sia-sia, hanya selingan untuk buang-buang waktu saja. Tentu tidak, Boardgame.id percaya, game bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang baik. Untuk itu kami telah mewawancarai beberapa narasumber dari berbagai bidang pekerjaan yang pernah memanfaatkan board game untuk menciptakan sesi pembelajaran yang lebih seru dan interaktif.
Baca juga: Guru SMAN 1 Petungkriyono: Mengajar Generasi Gamer ya Harus Pakai Game Dong [Wawancara]
Berikut ini kami tuliskan hasil wawancara bersama mas Irfan Amalee saat kami temui di kantor Peace Generation. Beliau adalah co-founder dan direktur dari PeaceGeneration Indonesia, sebuah organisasi non-profit yang fokus pada penyebaran perdamaian dan toleransi. Wawancara ini bertujuan untuk memberikan pembaca perspektif atau sudut pandang lain tentang game.
Irfan Amalee: Halo, saya Irfan Amalee. Saya co-founder dan sekarang juga menjabat sebagai executive director PeaceGeneration Indonesia sebuah organisasi yang fokus di pendidikan perdamaian. Sekarang masuk tahun ke-12 menyebarkan perdamaian ke berbagai daerah di Indonesia.
Secara garis besar men-direct secara keseluruhan baik dari program maupun non-program. Inti dari sebuah gerakan kan program ya, tapi baru jalan kalau di support oleh financial, human resource dll. Director ini ya mendampingi dan membantu selain tim internal juga ada agent of peace di daerah karena mereka juga menjadi ujung tombak berjalannya program di daerah
Ya, 3-4 tahun terakhir kami mulai menggunakan board game sebagai media kreatif untuk menyebarkan perdamaian. Kenapa board game karena fokus PeaceGeneneration memang pengajaran perdamaian menggunakan kreatif. Karena berkolaborasi dengan Kummara yang ahli bikin board game jadi kami sekarang pakai board game sebagai medianya.
Irfan Amalee (topi), bermain board game Galaxy Obscurio | Foto: Liputan6.com
Seperti yang tadi saya bilang, inti dari PeaceGeneration sendiri adalah penggunaan media kreatif dan dengan misi mengajarkan perdamaian kepada anak-anak muda dengan media kreatif. Awalnya kita hanya menggunakan media komik dan sempat juga sebenarnya kami merintis board game tapi belum seserius sekarang.
Ya, dari dulu kami sudah sadar bahwa game itu terintegrasi dengan pembelajaran kreatif. Kami juga memasukkan game-game di setiap modul-modul PeaceGeneration, meskipun bukan board game.
Sebetulnya PeaceGeneration punya board game ular tangga yang berisi 12 nilai perdamaian tapi saya rasa itu tidak bisa dikategorikan sebagai board game yang fun.
Waktu dulu saya juga bekerja di Mizan, di sana bertemu dengan Kummara. Kummara kemudian saya bawa juga ke Peacegen.
Saat itu juga, Peacegen ditantang oleh UNDP (United Nations Development Programme, red) untuk merancang program untuk anak-anak muda, saya langsung terpikir board game. Itu menjadi titik awal penggunaan board game di PeaceGeneration secara masif, kira-kira tahun 2017.
Pelaksanaan program Board Game for Peace di Bandung
Belum sih, kalau saya pribadi penggunaan board game ini tidak jauh sebagai media hiburan saja, sebagai permainan klasik lah.
Hasilnya, kalau dari tingkat follow-up paska training, biasa kalau training salah satu hasilnya adalah sejauh mana tingkat duplikasinya. Nah setelah ditraining, sejauh mana si peserta ini bisa menularkan hasilnya. Sebelumnya kalau hanya menggunakan modul kan banyak tantangannya, mereka harus mencari murid, dan tempat.
Ternyata dengan board game bisa mempermudah (duplikasi), setelah training. Hanya bawa board game dia (peserta) dengan mengajak misal lima orang, dia sudah bisa mengajarkan perdamaian. Tidak harus sampai mengumpulkan puluhan siswa.
Baca juga: Program Board Game for Peace Berhasil Salurkan Nilai-Nilai Perdamaian ke Lebih dari 3.000 orang
Cerita menariknya, peserta pas dikenalkan board game mereka selalu berkompetisi. Kita (termasuk kang Irfan, tidak hanya peserta) sudah terbiasa atau terkondisi bahwa bermain game itu saling menjatuhkan dan mengalahkan.
Justru di sinilah yang kita petik, learning point yang kita yang paling penting. Mereka tidak akan berhasil kalau berkompetisi dan mereka baru akan sadar setelah bermain kalau harus berkolaborasi. Ini inti dari pelajaran perdamaian.
Dengan board game ini juga kami bisa melihat anak-anak muda menjadi lebih enjoy plus keluar sifat aslinya. Dari situ kami bisa melihat respon otentik dari seseorang ketika bermain. Apakah dia tipe orang yang berpikir kritis? atau suka berbagi?
Saya melihat board game ini bisa menjadi trigger untuk melihat karakter asli seseorang. Sekarang kita baru mengembangkan board game ke level yang selanjutnya. Kalau sebelumnya (Board Game for Peace) hanya digunakan untuk “melihat”, yang sekarang sudah sampai “diukur” respon-respon natural dari peserta saat bermain.
Insight perserta yang telah memainkan Galaxy Obscrurio (Board Game for Peace)
Kalau dari hasil relatif sama, malah cenderung meluas. Ada beberapa kelebihan dari Board Game for Peace 1, yaitu karena alumni-alumninya kemudian membuat program sendiri jadi penyebarannya lebih luas.
Kemudian kami dalam Board Game for Peace 2 kami mengangkat tema perdamaian dan kekerasan lebih eksplisit. Kalau yang sebelumnya lebih implisit pakai narasi galaksi saja.
Dari sana (tema eksplisit) kami menjadi dapat insight yang lebih mendalam juga, menggali perspektif anak muda tentang violent extremism (kekerasan ekstrim).
Pelaksanaan program Board Game for Peace di Solo | R
Ya, jadi sekarang kami akan menggunakan board game ke mahasiswa untuk peningkatan critical thinking. Ini berbeda dengan program Board Game for Peace, karena yang ini lebih ke pengukuran ketimbang perluasan dan prevensi.
Jadi begini, untuk mengukur tingkat critical thinking atau tingkat kerentanan terhadap violent extremism kebanyakan lewat paper and pencil, lewat survey, ditanya dan diisi gitu ya. Kadang-kadang itu tidak mengungkap secara akurat karena berkaitan dengan persepsi.
Kalau kamu misalnya ditanya “apakah kamu mendukung kekerasan?”, pasti jawabannya enggak. Kadang-kadang kan jawabannya normatif.
Nah, kami melihat potensi board game untuk mengeluarkan respon spontan, respon natural. Bisa juga disisipkan move atau aksi yang memerlukan decision making. Berbeda ketika ditanya, kalau ini kan mempraktekkan dan tanpa tahu mereka sebenarnya sedang diukur.
Ya saya berharap, kolaborasi PeaceGeneration dengan Kummara ini bisa jadi terobosan untuk mengetahui potensi kerentanan maupun ketahanan seseorang terhadap violent extremism dan isu-isu kekerasan lainnya.
Oke, kami melihat orang bisa terpropaganda dan melakukan kekerasan karena critical thinkingnya rendah. Karena critical thinkingnya rendah ketika dia terprovokasi dia bisa langsung percaya, langsung tersulut emosinya dan bahkan langsung join untuk melakukan violent extremism.
Siap, oke. Nanti link-nya di share ya.
Menarik banget kan, ternyata board game bisa dimanfaatkan juga untuk menyebarkan nilai-nilai perdamaian, menekan tindakan violent extremism sampai menjadi alat ukur.
Kamu juga ingin belajar menyampaikan pesan damai dan toleransi ke adik, anak-anak ataupun murid lewat board game? Ikuti saja Kelas Game Based Learning for Peace dari PeaceGeneration Indonesia tanggal 12 Oktober mendatang yang diadakan di Playspace by Boardgame.id, Antapani, Bandung.
Informasi selengkapnya tentang Kelas Game Based Learning for Peace dan pendaftarannya, kunjungi tautan berikut: Bagaimana Caranya Menumbuhkan Toleransi Pada Anak?