Siti Nurhasanah: Board Game Bisa Bantu Jaga Hafalan Qur’an Murid SD [Guru Bermain]
- HeadlinePendidikan
- July 17, 2020
- 336
- 6 minutes read
Belajar cukup erat hubungannya dengan hafalan, meski tidak selalu. Termasuk dalam menghafal surat-surat dalam kitab suci Al-Qur’an. Akan tetapi hafal saja tidak cukup, diperlukan pengulangan terus menerus agar tidak mudah lupa dengan apa yang sudah dihafal.
Setiap guru agama atau guru ngaji pasti punya gaya dan caranya sendiri agar anak didiknya jadi lebih mudah menjaga hafalan Al-Qur’an mereka. Kalau ibu Siti Nurhasanah, guru dari SDIT Nurul Fikri Cimanggis Depok punya cara yang menarik. Ia memanfaatkan media board game untuk membantu murid-muridnya menghafal juz 30 dalam Al-Qur’an.
Menurutnya, metode menghafal menggunakan board game bukan lagi hal yang menakutkan karena dikemas dalam sebuah permainan yang menyenangkan. Bersama dengan rekannya, ibu Husnul Khotimah, mereka berdua merancang An Nahl MJ 30.
“Alasannya adalah agar anak-anak dapat menghafal dan menjaga hafalan Alquran dengan cara yang lebih menyenangkan,” jawab ibu guru yang lebih akrab disapa bu Ana.
Sebelumnya bu Ana tidak memiliki pengalaman apapun tentang merancang board game. Bahkan karirnya sebagai pengajar baru dimulai dari guru TK dan guru ngaji di TPA. Pada tahun 2007 barulah Ia bergabung menjadi guru di SD Islam Terpadu Nurul Fikri.
Setahun kemudian bu Ana memberikan diri untuk meneruskan pendidikannya sarjananya dengan mengambil jurusan PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) sembari tetap mengajar. Tahun 2019 lulus dengan predikat cumlaude. Kemudian menjadi salah satu guru terbaik di SIT Nurul Fikri tahun 2019, sebuah prestasi yang membanggakan tentunya.
Board game memicu semangat siswa
Berbekal pengalamannya menjadi guru ngaji di TPA, membuatnya gelisah dengan anak-anak yang mudah lupa hafalan Al-Qur’annya. Itulah sebabnya An Nahl MJ 30, board game pertama yang dirancangnya mengangkat materi tentang cara seru menghafal/murojaah juz 30.
Board game tersebut pun diaplikasikannya saat mengajar di kelas 3 dan kelas 6. Diawali sosialisasi mengenai board game dan aturan mainnya. Lalu murid-murid dipecah menjadi 4 kelompok kecil yang berisi 3-4 anak. Respon anak sebelum bermain penasaran ingin coba.
“Saat bermain anak-anak antusias dan mencoba ikuti aturan bermain yg berlaku. Bahkan anak-anak tidak mau berhenti walau waktunya habis, karena ingin segera mencapai titik FINISH,” ujar bu Ana.
Timbal balik murid dan guru
Menariknya, setelah bermain dan mengamati, An Nahl MJ 30 berhasil menjadi media pembelajaran dua arah antara murid dengan guru. Bu Ana menyampaikan ada temuan-temuan menarik ketika mengobservasi anak-anak bermain. Salah satunya adalah modifikasi aturan main dari board game itu sendiri.
“Kita coba bermain tanpa menggunakan board-nya. Jadilah card game An nahl MJ 30,” imbuhnya.
Anak-anak pun berlomba-lomba mengumpulkan poin dari banyaknya kartu yang mereka peroleh setelah berhasil menjawab pertanyaan yang tercantum pada kartu soal tersebut. Pemenang pertama tiap sesi akan ditulis namanya di papan tulis. Itulah yang mendorong motivasi anak kembali untuk bermain lagi dan bangga ketika melihat namanya tercantum di papan tulis sebagai pemenang.
“Seru! menegangkan! dan anak-anak tetap dapat mengulang hafalan juz 30 dengan cara yang menyenangkan. Belajar bisa dimana saja dan dari siapa saja. Dari murid-murid, saya juga banyak belajar memperbaiki dan mendapat inspirasi untuk memodifikasi board game yang telah kami buat. Yuk, bermain bersama board game An nahl MJ 30.” terang bu guru.
Begitulah cerita inspiratif dari bu Siti Nurhasanah. Simak cerita seru dari pengalaman para guru lainnya yang memanfaatkan board game untuk pembelajaran di segmen [Guru Belajar].
Kamu juga memiliki cerita atau pengalaman seru seputar pemanfaatan board game sebagai media pembelajaran untuk dimuat di Boardgame.id? Kirimkan saja draft tulisanmu ke email kami di [email protected], atau cukup isi formulir berikut untuk memudahkanmu berbagi cerita: