KPK dan GIZ Rilis Kwartet Sahabat Pemberani Sebagai Media Edukasi Antikorupsi
- HeadlinePendidikan
- October 9, 2020
- 423
- 7 minutes read
Seperti yang umum kita ketahui, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berfungsi untuk menyelidiki, menindaklanjuti serta penumpas aksi korupsi. Namun, sesuai dengan tanggung jawab KPK yang dimuat dalam Undang-Undang no. 19 tahun 2019 pasal 7 poin C, D & E mereka juga diwajibkan menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan.
Salah satu keluaran program tersebut telah melahirkan para penyuluh antikorupsi yang tersertifikasi. Jika dikutip dari situs Pusat Edukasi Antikorupsi, penyuluh tersebut memiliki peran strategis dalam memberi penerangan dan menggerakkan masyarakat untuk mencegah korupsi dengan mengembangkan budaya antikorupsi. Kebanyakan dari mereka menyuluh hingga ke pelosok-pelosok di seluruh Indonesia dengan membawa board game-board game keluaran KPK.
Baca juga: Perlukah Kita Mencari Alasan Agar Mau Bermain?
Pelatihan untuk para penyuluh antikorupsi
Masalah kemudian timbul di masa pandemi seperti saat ini. Melakukan penyuluhan secara offline dan tatap muka sepertinya bukan pilihan bijak. Menjawab permasalahan tersebut KPK menggandeng Kummara Game Consultant, yaitu dengan mengajarkan para penyuluh bagaimana menyebarkan pesan antikorupsi melalui board game tapi secara daring alias online dan juga offline (jika memungkinkan).
Sesi pelatihan para penyuluh antikorupsi tersebut baru saja dilaksanakan kemarin (07/10) secara daring bertepatan dengan rilisnya kartu Kwartet KPK yang baru, berjudul Kwartet Sahabat Pemberani. Selain menjalin kerjasama dengan Kummara Game Consultant sebagai lead consultant untuk pelatihan tersebut, KPK juga didukung oleh GIZ.
GIZ adalah lembaga internasional yang tugasnya menyalurkan berbagai bantuan pemerintah ke berbagai negara. Salah satunya untuk mendukung pencegahan antikorupsi di Indonesia.
Kembali lagi ke bahasan pelatihan penyuluh antikorupsi, acara tersebut dibagi ke dalam tiga sesi. Sesi pelatihan dibuka oleh Ibu Dira mewakili tim Dikyanmas KPK yang menekankan pentingnya peran edukasi antikorupsi sebagai upaya pengentasan korupsi di Indonesia. Perwakilan dari GIZ Indonesia, Ibu Fransisca dan Bapak Roto juga hadir dan menyampaikan apresiasi atas peluncuran game sekaligus juga bentuk komitmen untuk sama-sama mendukung gerakan anti korupsi di Indonesia.
Kemudian sesi dilanjutkan oleh Brendan Satria, lead game designer dari Kummara Game Consultant yang membantu mengembangkan Kwartet Sahabat Pemberani. Brendan menjelaskan perbedaan dari kartu Kwartet yang biasa ditemukan di toko mainan dengan Kwartet versi KPK dan cara mainnya. Rupanya selain harus mengumpulkan set kartu tertentu, ada beberapa kartu yang memiliki efek kartu tambahan di seri ini.
Kwartet KPK ini berisikan tiga lakon dari serial Sahabat Pemberani KPK. Mereka ada Krisna, Panji dan Kirana yang dikelompokkan menurut sifat-sifat baik mereka.
Menyuluh dengan bermain Kwartet
Kesulitan menyuluh di era new normal kemudian dijawab di sesi kedua yang dipaparkan oleh Aughya Shandriasti, ibu Kepala Sekolah Gameschooling dari Yayasan Ludenara. Augi, sapaan akrabnya, memaparkan lima ide bagaimana cara memanfaatkan Kwartet KPK ini untuk menyampaikan nilai-nilai integritas ketika hanya bisa bertemu sapa dan menyuluh di layar masing-masing.
Sesi ini berlangsung cukup ramai karena sekitar 20-an peserta yang hadir mempraktekkan game 10 jari hebat yaitu menyebutkan sifat-sifat baik sesuai yang tertera pada kartu. Sesi semakin ramai ketika peserta diharuskan membuat kalimat yang diawali dengan “aku hebat karena…” yang kemudian harus dilanjutkan dengan kata sifat yang tertera di kartu.
Misalnya, jika pemain mendapati kartu Krisna dengan watak “Kerja Keras” dengan salah satu perilaku baiknya yang berbunyi “Tidak mengeluh” maka kalimatnya bisa seperti ini: Saya hebat tidak mengeluh menggunakan masker saat keluar rumah di situasi saat ini”.
“Sebagai orang tua dan guru, saya jadi mendapat lebih banyak inspirasi untuk dipraktekkan bersama anak-anak agar belajar menjadi lebih seru.” ujar salah satu peserta.
Sesi pelatihan ini ditutup dengan materi dari Eko Nugroho, CEO dari Kummara sekaligus game-based learning expert, yang menjelaskan bagaimana sebaiknya proses pembelajaran berbasis game dijalankan baik secara online maupun offline. Peserta juga kemudian diminta untuk menceritakan hal baru apa saja yang mereka dapatkan dari sesi tadi.
“Mengajarkan sifat-sifat kebaikan pada anak selalu bisa dimulai dari hal sederhana, salah satunya dengan permainan kartu kwartet sahabat pemberani.” ungkap peserta lainnya.
“Permainan kartu kwartet di atas adalah salah satu bentuk inovasi terkini dari KPK untuk mendukung proses pembelajaran yang lebih luas terkait tema antikorupsi. Semoga inisiatif ini juga semakin memotivasi banyak pihak untuk terlibat aktif dalam proses edukasi antikorupsi di seluruh Indonesia.” pungkas Eko Nugroho