Dampak eSports Bagi Anak, Orang Tua dan Guru Perlu Pahami
- HeadlineOpiniPendidikan
- December 24, 2020
- 414
- 19 minutes read
Dewasa ini industri eSports cukup berkembang pesat banyak digandrungi oleh muda mudi termasuk anak-anak sekolahan. Orang tua maupun guru mungkin juga tidak asing lagi mendengar istilah eSports, meskipun mungkin mereka hanya mengartikannya segamblang lomba main game. Padahal tidak sesederhana itu, ada kata ‘sport’ yang berarti olahraga di dalamnya.
Bahkan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) beserta Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) secara resmi mengakui eSports sebagai salah satu cabang olahraga di Indonesia. Pengakuan itu disuarakan pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) KONI Pusat 2020, yang dilakukan secara virtual pada 25-27 Agustus 2020 lalu.
Menurut Eko Nugroho, seorang game designer dan pakar game-based learning menyatakan definisi dari eSports melalui akun Instaramnya, @enugroho.
“eSports adalah suatu bentuk kompetisi game digital maupun elektronik yang diorganisir dan ada penontonnya” jelasnya.
Ia pun menyorot 6 hal penting tentang eSports yang perlu dipahami oleh orang tua dan guru agar mereka bisa menyikapi dan mengambil keputusan apabila ada siswa ataupun putra-putri mereka mungkin tertarik mendalami eSports. Salah satunya adalah dampak eSports bagi anak.
Baca juga: Komite Penanganan COVID-19 Anjurkan Main Board Game #DiRumahAja
1. Pahami Genre Game
Genre atau kategori game ada banyak seperti Action, Sport, Racing, Simulation, RPG, Strategy, Puzzle dan lainnya. Setiap genre tersebut pun banyak turunannya. Di Indonesia salah satu genre yang cukup populer adalah MOBA atau Multiplayer Online Battle Arena di mana ada banyak pemain berada di satu sesi permainan untuk bertanding, baik secara tim maupun individu.
Orang tua dan guru perlu memahami genre tersebut karena jika kembali ke definisi yang sudah disebutkan oleh Eko, maka seharusnya sejala jenis genre bisa masuk menjadi eSport. Karena yang terjadi saat ini adalah banyak permainan yang dilombakan dalam eSport namun permainan tersebut sebenarnya ditujukan untuk pemain berusia 12 tahun ke atas. Pada kenyataannya banyak anak-anak yang masih duduk di bangku SD ikut memainkannya.
Dengan memahami genre orang tua bisa memilihkan game yang sesuai dengan usia anak dan dengan tema yang lebih netral. Apalagi sekarang banyak board game yang ada versi digitalnya. Jadi ajak saja anak berkompetisi memainkan Catur online misalnya.
2. Paham eSports itu sendiri
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, eSports masuk dalam cabang olahraga. Tapi karena ini juga melibatkan permainan digital, orang tua dan guru sebaiknya perlu mendengar alasan anak mengapa mereka tertarik berolahraga elektronik. Namanya olahraga tentu perlu persiapan dan tentu saja berdampak.
Saat ini ada banyak penyelenggara eSports yang resmi maupun tidak resmi, orang tua dan guru perlu memahami itu. Perlombaan yang resmi tentu diadakan di tempat yang mendukung, bukan di warnet yang mungkin lingkungannya banyak perokok dan sebagainya. Apakah orang tua dan guru mau mengizinkan anak-anak mereka untuk bertanding di lingkungan yang buruk?
Paling mudah adalah orang tua perlu cari tahu siapa penyelenggaranya, track record mereka, sistem perlombaannya. Jangan sampai hanya karena anak tergiur dengan hadiah lomba, orang tua langsung mengizinkannya tanpa tahu siapa penyelenggara dan lokasi pertandingannya.
Baca juga: Mainkan Bersama Keluarga! Situs Ini Sediakan Banyak Board Game Gratis
3. Tetap perlu latihan dan disiplin
Semua jenis olahraga tentu diperlukan disiplin dan jadwal latihan yang jelas. Artinya jika orang tua dan guru mau memberikan ruang pada anak untuk mendalami electronic sports ini mereka harus bisa memberikan jadwal latihan yang jelas. Jika anak bermain sampai berjam-jam tanpa henti itu sih alasan mereka untuk bermain saja.
Orang tua bisa menjadi semacam pelatih, menentukan jadwal latihan dan berapa lama. Misalnya sehari dua jam dari jam 8 sampai jam 10 malam. Di luar itu tentu atlet olahraga juga perlu dijaga fisik dan mentalnya. Dengan ada jadwal teratur jam tidur anak juga bisa teratur, bukan main sampai tengah malam.
4. Dampak bagi anak
Segala cabang olahraga pasti membawa dampak ke atletnya, minimal berdampak ke mental mereka. Karena yang namanya pertandingan, ada kalah dan menang. Itu juga salah satu alasan mengapa atlet eSports kebanyakan remaja atau dewasa dan bukan anak-anak karena mental anak biasanya belum terbentuk.
Apa jadinya kalau anak kalah lalu malah tantrum, atau membanting gadgetnya? Hal ini tentu tidak diinginkan oleh orang tua dan guru. Selain disiplin latihan yang teratur juga perlu latihan mental. Hal ini juga dikuatkan dengan perangkat dan suasana yang mendukung. Jika kita melihat pertandingan eSports, semua atletnya dilengkapi dengan perangkat yang memadai, dan kursi yang nyaman. Artinya cabang olahraga yang memanfaatkan permainan digital inipun perlu persiapan.
5. Industri yang makin bertumbuh
E-Sports telah menjadi industri yang artinya ada bisnis yang mendorongnya, ada program marketing besar-besaran yang di bangun. Bahkan tidak jarang pertandingannya berhadiah jutaan hingga puluhan ribu rupiah. Namun sebaiknya orang tua dan guru perlu mengarahkan anak bukan di hadiahnya. Melainkan di proses latihan, proses bermain, dan jadikan eSports untuk tumbuh kembang anak yang baik.
Mengapa? Karena namanya industri, mereka yang berhasil akan lebih sedikit dari yang gagal. Dari pertandingan sepak bola di piala dunia misalnya, setiap tahunnya hanya ada 32 yang masuk dan 1 negara yang menjadi pemenang. Dari sekian banyak pesepak bola hanya beberapa atlet yang masuk menjadi tim inti.
Kembali lagi ke dampak eSports bagi anak, apabila mereka hanya mengincar nominal hadiah, dampaknya secara mental dan psikologi anak akan sangat berat.
Baca juga: 13 Rekomendasi Board Game yang Cocok untuk Anak SD
6. Pentingnya komunikasi
Komunikasi antara orang tua atau guru dengan anak-anaknya memiliki peranan krusial. Misalnya anak mengalami kekalahan terus menerus kemudian dia tidak bisa menyalurkannya tentu hal ini juga mempengaruhi psikologis anak. Di cabang olahraga lain ada pelatih, dan pelatih inilah yang bertindak juga sebagai penasehat dan penjaga si atlet.
Sekali lagi, orang tua bisa mengambil peran “pelatih”, selain menetapkan jadwal latihan orang tua juga bisa bertindak sebagai pelatih yang selalu menyemangati, menasehati dan menjaga fisik serta mental anak. Tentunya semua hal tersebut bisa dijalankan dengan jalur komunikasi dua arah yang baik antara anak dengan orang tua ataupun guru.
Untuk itulah orang tua perlu memahami apa itu eSports dan dampak eSports bagi anak serta hal-hal yang disebutkan di atas, minimal bisa menjadi teman bicara atau teman curhat. Lebih lengkapnya dari materi yang disampaikan oleh Eko Nugroho bisa langsung disaksikan di Instragram @enugroho berikut:
Nah, kalau melirik kembali ke definisi eSports di atas. Seharusnya bisa menjadi board game digital sebagai salah satu genre untuk dilombakan. Kalau Boardgame.id buat turnamen board game online, ada yang mau ikut?