Board Game Ini Ajak Murid-Murid di Sumba Timur Manfaatkan Energi Alam Menjadi Listrik

Board Game Ini Ajak Murid-Murid di Sumba Timur Manfaatkan Energi Alam Menjadi Listrik

Akhir pekan kemarin, masyakarat di pulau Jawa dan Bali digemparkan dengan putusnya arus listrik yang menyebabkan beberapa wilayah mati listrik total hingga malam atau bahkan dini hari. Gelap, itu yang mulai dirasakan saat matahari sudah tenggelam.

Kejadian kemarin membuat saya teringat ketika pertama kali menginjakkan kaki di pulau Sumba bulan Juni tahun lalu. Banyak wilayah yang setiap harinya masih belum mendapat pencahayaan yang layak. Kala itu Sumba sedang dijadikan target sebuah proyek sebagai Sumba Iconic Island (SII) yang diusung oleh Hivos cabang Asia Tenggara.

Baca juga: Seru! Belajar Biologi Rantai Makanan Lewat Board Game

Tujuan dari SII sendiri adalah untuk menjadikan pulau Sumba sebagai pulau ikonik yang paling terang dengan memanfaatkan sumber daya energi terbarukan (renewable energy) yang berasal dari alam seperti panas matahari, angin dan air.

Program SII diketuai oleh Dedy Haning sebagai Deputi Manajer Proyek. Ia mencari sebuah media interaktif yang bisa mengajak atau setidaknya meningkatkan kesadaaran masyarakat, terutama anak-anak di Sumba Timur untuk menggunakan energi terbarukan.

Akatara ajak hasilkan listrik dari energi terbarukan
Akatara ajak hasilkan listrik dari energi terbarukan | Foto: Isa R. Akbar/BGID

“Saya sadar, belum ada program yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran tentang energi terbarukan untuk kalangan anak-anak sekola” ujar Dedy yang memperoleh gelar Master of Business in Philanthropy and Nonprofit dari Queensland University of Technology tahun 2010.

Dedy berpikir game adalah solusinya, game juga selalu berhasil menarik perhatian anak-anak. Tahun 2018, Hivos bekerja sama dengan Kummara Game Design Studio yang bermarkas di Bandung untuk merancang sebuah board game. Dari hasil kolaborasi inilah terlahir board game berjudul Akatara.

Belajar tentang sumber energi terbarukan lewat board game

Akatara berarti “energi” dalam bahasa sansekerta. Board game ini memerlukan kerjasama antar pemain untuk membangun pembangkit energi terbarukan untuk menerangi rumah atau fasilitas umum di Sumba. Masing-masing fasilitas ini akan menghasilkan skor jika berhasil teraliri listrik lewat energi terbarukan. Skor ini akan diakumulasikan untuk menaikkan poin hijau, yang mewakili penyeimbangan karbon. Tantangannya adalah adanya kartu minyak tanah, yang ketika ditarik akan menambah poin karbon. Tim yang menang adalah tim yang berhasil menggerakkan poin hijaunya melebihi poin karbon dadu hijau di depan yang hitam.

Akatara dikenalkan ke sekolah-sekolah SD dan SMP di Sumba Timur. Menurut data dari Hivos, proyek ini berhasil melampaui target dari 12 guru untuk sesi Training of Trainers menjadi 37 guru. Sebagian besar guru tersebut adalah wanita dari 11 SD dan satu SMP. Mereka belajar bagaimana cara bermain Akatara dan cara memimpin sesi diskusi.

Sesi ToT Akatara bersama guru | Foto: Isa R. Akbar/BGID

Saat diujicoba di sekolah, 127 murid dari kelas 4 sampai 8 dengan antusias mengikuti arahan dari guru. Mereka terlihat bergembira dan asyik saat memainkan Akatara. Usai bermain, anak-anak dituntun untuk berdiskusi tentang energi terbarukan. Mereka jadi lebih mengerti dan memahami jenis-jenis sumber energi terbarukan, keuntungannya dan teknologi yang berkaitan.

Baca juga: Ini Cara Seru Agar Guru Bisa Salurkan Keterampilan Abad 21 di Kelas

Heboh, anak-anak respon dengan jawaban unik. “Saya senang karena bisa belajar hal baru, kami belajar IPA di kelas, tapi tidak ada topik yang membahas energi terbarukan,” Ungkap salah satu murid kelas 5.

Saya mau membuat Sumba lebih terang,” ujar satu murid yang lain.

Tanggapan guru tentang board game Akatara

Sesi tersebut juga membuat guru-guru mengerti game bisa menjadi media belajar yang seru. Dari bermain Akatara, anak-anak jadi tahu pentingnya mengurangi penggunaan energi fosil (bahan bakar), mereka jadi mulai paham tentang energi terbarukan dan alat-alatnya.

Para guru juga berkomentar bagaimana permainan ini membantu mengembangkan kemampuan aritmatika dan kemampuan analitik siswa, serta membantu membentuk karakter mereka.

“Selepas sesi bermain, kami mulai menggagas untuk melakukan kunjungan ke lokasi sumber energi terbarukan di dalam kecamatan dan mengadakan perjalanan berkemah di dekatnya,” kata Kamba Ipu, Kepala Sekolah Dasar Kataka.

Sesi pengenalan Akatara ke SD Mbatakapidu – Sumba Timur | Foto: Australia Awards

Fredirika Kahewamarak, Kepala Sekolah di SMP Kataka, sama antusiasnya. “Saya merasa harus ada lebih banyak game seperti ini. Masalah kami dengan sekolah-sekolah di daerah terpencil tidak hanya terbatasnya jumlah buku, tetapi juga alat untuk membantu pengajaran. Semuanya sangat terbatas di bidang-bidang ini dan kami hanya perlu kreatif untuk memberikan anak-anak kami pengalaman belajar terbaik. ”

“Seiring meningkatnya pengetahuan tentang energi terbarukan, kami berharap para guru untuk menyebarkan informasi ini ke lebih banyak sekolah melalui jaringan mereka masing-masing, dan dengan begitu siswa akan bertindak sebagai penggerak energi terbarukan di sekolah mereka,” kata Dedy.

Baca juga: Guru SMAN 1 Petungkriyono: Mengajar Generasi Gamer ya Harus Pakai Game Dong [Wawancara]

Dengan hasil positif yang didapatkan dari program Akatara, Hivos merilis 100 board game AKATARA untuk didistribusikan di sekolah lain di Sumba. Hivos juga tengah mempertimbangkan untuk mengembangkan versi digitalnya setelah mendapat tanggapan positif dari siswa dan guru.

Kamu penasaran dengan Akatara? Kamu tak perlu repot-repot terbang ke Sumba. Kini kamu bisa melihat dan memainkan Akatara di Galeri Board Game Indonesia yang terletak di dalam PlaySpace by Boardgame.id, Jalan Sukanagara no. 31, Antapani Bandung.

You may also like