5 Hal yang Saya Pelajari dari Gelaran SPIEL
- OpiniSPIEL 2019Tips/ Tutorials
- January 1, 2020
- 323
- 9 minutes read
Sebagai tanah suci para boardgamers, kota Essen menyimpan banyak cerita. Setiap tahun di bulan Oktober, ia menjadi tempat terselenggaranya event tahunan Internationale Spieletage atau SPIEL. Tahun 2019 lalu, saya berkesempatan untuk hadir dan membantu penyelenggaraan booth Indonesia di event ini. Dari situ, banyak insight menarik yang saya dapatkan dan berdosa rasanya jika saya simpan sendiri. Jika kamu seorang publisher atau berencana untuk menerbitkan gim sendiri, hal-hal di bawah ini mungkin berguna buatmu.
1. Penting untuk memfasilitasi English-Speaking Player
Baik untuk dijual maupun sekedar untuk kelengkapan pitching dan review, rulebook dan teks berbahasa inggris perlu dipertimbangkan saat kita merancang dan mencetak gim. Pasalnya, kita tidak pernah tahu darimana gim kita akan mendapat eksposure. Kecuali gim buatanmu language dependant sehingga perlu effort untuk membuatnya dwibahasa, memfasilitasi English-speaking player wajib jadi salah satu tujuan di awal pembuatan.
Publisher yang tergabung dalam Taiwan Boardgame Design (TBD) misalnya, selalu menyediakan rulebook berbahasa inggris untuk setiap gim yang mereka bawa. Penamaan, fitur, dan desain dalam komponen juga diramu salah satunya dengan mempertimbangkan hal ini. Dengan menyiapkannya di awal, kapanpun gim terbitanmu perlu dimainkan oleh English-speaking player, kamu tidak perlu repot menyiapkan banyak hal. Selain itu, membuat gim yang sepenuhnya dapat dimainkan dalam Bahasa Inggris juga membuka peluang untuk memasarkan gim buatanmu di luar Indonesia, baik dengan skema self-distribution maupun co-publish.
Baca juga: Taiwan Boardgame Design: Pentingnya Rutin Membuat Sesi Playtest
[Wawancara Eksklusif – Bagian 1]
2. Selalu Upload Gim dan English Rulebook di Boardgamegeek
Membangun bisnis boardgame yang sustainable di dalam negeri masih sangat menantang. Dengan sumber daya dan channel yang terbatas, sangat sulit bagi publisher untuk bisa mandiri hanya dengan mengandalkan penjualan retail dan wholesale untuk gim yang diterbitkannya. Salah satu alternatif untuk āmengakaliā situasi ini adalah dengan bermitra dengan publisher luar.
Event seperti SPIEL dapat menjadi momentum sempurna untuk bertemu partner potensial. Namun rupanya hal ini sulit untuk diinisiasi dan selesai hanya dalam satu event saja. Mempersiapkannya jauh-jauh hari dapat membantu meningkatkan kemungkinanmu berhasil dalam mencari partner. Salah satu cara termudah adalah dengan mengunggah informasi gim, terutama rulebook berbahasa inggris di portal boardgamegeek.com (BGG). Akan makin baik jika sudah ada review baik berupa teks maupun video. Beberapa pengunjung bahkan publisher di SPIEL kemarin sengaja datang untuk memainkan Toraja karena sudah membaca rulebooknya di BGG. Itās helping!
3. Rencanakan Jadwal Rilis dan Pertimbangkan Copy Review
Satu hal yang masih sulit direalisasikan para publisher gim lokal adalah merencanakan tanggal rilis dengan teratur dan terjadwal. Untuk mendapat traksi maksimal, jadwal rilis sebaiknya mempertimbangkan event (seperti Game Prime dan SPIEL) dan momentum (misalnya pemilu untuk merilis gim bertema politik). Dengan menjadwalkan ini secara rapi, kita dapat mengatur kapan kita harus berkomunikasi dengan reseller, komunitas, dan reviewer.
Jika kita berencana launching atau mencari partner di SPIEL misalnya, idealnya kita sudah membangun awareness setidaknya satu bulan (kalau bisa malah lebih) sebelum pelaksanaan event. Dengan mentargetkan ini, kita bisa mengukur kapan kita harus mengirim review copy ke para influencer sehingga konten mereka bisa rilis di waktu yang kita inginkan. Taiwan Boardgame Design (TBD) lagi-lagi menjadi contoh yang bagus karena satu bulan sebelum Essen, konten review untuk gim yang akan mereka bawa sudah bertebaran di akun para influencer.
4. Market Lokal Tidak Sama Dengan Market Internasional
Setelah gelaran SPIEL, saya baru benar-benar sadar bahwa market lokal dan market internasional membutuhkan fokus yang jauh berbeda untuk dapat dipenetrasi secara efektif. Pasar lokal masih membutuhkan gim-gim dengan aksesibilitas dan familiaritas tinggi, sementara market luar sudah all about hook.
Market lokal yang masih di tahap awal membutuhkan gim-gim yang āfamiliarā karena fokusnya masih untuk mengajak sebanyak mungkin orang masuk ke dalam hobi karena disitulah potensi sebenarnya. Dr Reiner Knizia bahkan mengaminkan hal ini dalam interviewnya dengan Boardgame.id.
Sebaliknya, market internasional yang sudah begitu crowded hingga gim yang tidak unik akan kesulitan mendapat eksposur. Tentu saja bukan berarti kita tidak bisa membuat gim yang accessible sekaligus unik, namun mengakomodir keduanya akan menjadi tantangan yang tidak mudah.
5. Industri Bergerak ke arah Small Games
Insight yang paling menarik yang saya dapat dari SPIEL adalah fakta bahwa pemain besar di Industri seperti Pegasus Spiele justru perlahan-lahan memperbanyak portofolionya ke gim-gim kecil dan compact dan membatasi big release. Alasannya pun sangat masuk akal. Dengan kondisi pasar saat ini, sangat sulit untuk mendapatkan cukup buzz bagi gim-gim besar. Terkecuali gim tersebut sangat unik atau datang dari desainer yang sudah punya nama, gim big box medioker akan cepat dilupakan dan menghasilkan penjualan yang kurang bagus.
Sebaliknya, gim-gim kecil dan compact resikonya lebih kecil baik bagi penerbit maupun pembeli. Coba bayangkan kamu memiliki satu juta untuk dibelikan boardgame. Menghabiskannya untuk satu gim yang belum kamu kenal dengan resiko gimnya tidak oke jadi keputusan yang sulit. Tapi bagaimana jika dibelikan lima gim kecil? Masa iya kelimanya nggak bagus?
Well, semoga kelima insight di atas dapat membantumu menyiapkan rilisan gim lebih baik. Seperti yang John Zinser katakan, Industri Boardgame kita cukup membutuhkan satu gim untuk mengubah segala konstelasinya. Bisa jadi satu gim itu adalah gim yang sedang kamu siapkan, kan?